Penghapusan Mural: Ketakutan Otoritas Terhadap Tumbuhnya Kesadaran Organik Rakyat

Selasa, 17 Agustus 2021 | 16:55 WIB
Penghapusan Mural: Ketakutan Otoritas Terhadap Tumbuhnya Kesadaran Organik Rakyat
Mural Jokowi (Instagram @semaktive)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Nama Anti-Tank Project tentu sudah tidak asing lagi di Yogyakarta. Anti-Tank Project telah menyebarkan banyak karya di jalanan dan dinding sejak 2008 silam. Kata Andrew, medium pengkaryaan dalam menyebarkan isu juga beragam, misalnya, poster, stensil, stiker, dan mural. Isu besar yang diangkat Anti-Tank Project adalah memprovokasi kesadaran sesama warga untuk melihat suatu kondisi dengan perspektif keberpihakan kepada mereka yang masuk dalam kategori paling rentan.

Kepada Suara.com, Andrew menyatakan jika nama Anti-Tank Project berawal dari nama sebuah band punk yang dia dirikan bersama rekan-rekanya di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada 2004 silam. Singkatnya, nama tersebut tidak lagi dipakai sebagai nama band dan kemudian digunakan Andrew sebagai penanda setiap karya yang dibuat.

"Lalu saya gunakan sebagai penanda setiap karya saya pada waktu SMA dan berlanjut hingga hari ini," ungkap dia.

Dalam melakukan kerja kebudayaan, inspirasi Anti-Tank Project berasal dari banyak hal. Andrew mengaku, pengaruh estetik dalam pengkaryaan mulai dari poster protes mahasiswa Paris 1968, karya cukilan Swoon, Banksy, hingga rima dasyat Herry Sutresna a.k.a Morgue Vanguard yang akrab disapa Ucok Homicide.

Mural Jokowi 404 Not Found dihapus. [Twitter/Ist]
Mural Jokowi 404 Not Found dihapus. [Twitter/Ist]

Tak hanya itu, Andrew juga terpengaruh pada sosok Emory Douglas, orang yang bertanggung jawab di divisi propaganda Black Panther Party. Kemudian, Andrew juga terinspirasi oleh Rene Maderos yang membawa spirit solidaritas internasional dan Robbie Canal yang membuat komposisi potrait menjadi horor. Tak ketinggalan, puisi penyair Wiji Tukul juga berpengaruh terhadap pengkaryaan Anti-Tank Project -- yang oleh Andrew disebut sebagai bentuk kombinasi puisi dan agitasi yang dikawinkan dengan sangat cemerlang.

Sejak awal pandemi Covid-19 melanda Tanah Air, Anti-Tank Project telah menempel poster berukuran besar di sejumlah titik di Yogyakarta yang berisi isu tentang ruang hidup. Andrew menyebut, setidaknya ada 10 poster dengan ukuran besar yang tidak bertahan lama. Kata dia, semua poster dengan ukuran besar tersebut raib dengan kondisi bagian teks yang ditutupi, disabotase -- bahkan ditutup secara keseluruhan.Bahkan, ratusan poster yang berisi tentang penolakan Omnibus Law - UU Cipta Kerja yang tertempel di se-antero Kota Pelajar juga raib.

"Padahal kita memasang hampir 500 poster di se-antero Yogyakarta. Ada 10an poster dengan beragam gambar. Yang semuanya memuat isu ruang hidup yang mencakup isu tambang dan penggusuran," papar Andrew.

Bagi Andrew, negara justru tidak takut dengan karya mural, poster, hingga stensil yang kerap membawa isu besar. Justru, negara khwatir akan muncul kesadaran organik dari masyarakat yang bisa tumbuh secara simultan di tataran akar rumput. Kesadaran organik yang dimaksud Andrew adalah, kesadaran pada absen dan brengseknya negara.

"Otoritas tentu tidak takut dengan gambar, yang mereka khawatirkan adalah munculnya kesadaran organik yang tumbuh secara simultan di akar rumput," jelas dia.

Baca Juga: Jokowi 404: Not Found, Bila Rakyat Berani Mengeluh Itu Artinya Sudah Gawat!

Ruang Publik dan Baliho Politisi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI