Angkat Kaki saat Taliban Berkuasa, Presiden Afghanistan Tuai Kecaman

Senin, 16 Agustus 2021 | 09:57 WIB
Angkat Kaki saat Taliban Berkuasa, Presiden Afghanistan Tuai Kecaman
Presiden Ashraf Ghani. (Foto: AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Seorang mantan anggota Dewan Keamanan Nasional mengatakan meskipun kepergian presiden itu dapat dimengerti, dia masih tetap merasa kecewa.

Namun, dia mengatakan sikap Ghani yang lebih memilih untuk tidak terlihat di depan umum sebagai tindakan yang tidak patriotik dan menyedihkan.

"Dia menyebabkan kekacauan di kawasan itu, memecah belah rakyat, menciptakan permusuhan di antara kelompok-kelompok etnis dan merusak demokrasi." jelas mantan pejabat NSC tersebut.

Seorang aktivis hak-hak perempuan mengatakan bahwa keputusan Ghani untuk pergi seharusnya tidak menjadi fokus negara tersebut.

Arsip - Pasukan Komando Afghanistan terlihat di lokasi medan pertempuran dengan pemberontak Taliban di Kunduz, Afghanistan, Juni 2021. (Antara/Reuters)
Arsip - Pasukan Komando Afghanistan terlihat di lokasi medan pertempuran dengan pemberontak Taliban di Kunduz, Afghanistan, Juni 2021. (Antara/Reuters)

"Ghani telah pergi, tetapi 38 juta orang Afghanistan masih disini." ungkap aktivis yang tidak ingin disebutkan namanya tersebut.

Dia mengatakan apa pun yang mungkin atau mungkin tidak dilakukan Ghani, tanggung jawab sekarang ada pada Taliban untuk menunjukkan bahwa mereka telah berubah.

"Mereka harus membuktikan ke-Aghanian mereka dengan menunjukkan bahwa mereka akan menawarkan kita sesuatu yang berbeda dari masa lalu." katanya.

Selama berkuasa dari tahun 1996 hingga 2001, Taliban memberlakukan pembatasan yang cukup keras, termasuk pada wanita yang tidak diizinkan untuk bekerja.

Seorang mantan duta besar berkata bahwa Ghani tidak akan dikenang baik oleh warganya.

Baca Juga: Pasukan Taliban Kepung Kota Kabul, Ingin Ambil Alih Kekuasaan Secara Damai

"Sebagai presiden, dia bisa saja mengatur transisi politik yang tertib dan damai sebelum meninggalkan negara itu. Namun, dia tidak," kata mantan duta besar tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI