“Kita nggak enak kalau nggak ngasih rokok. Kita kalau pelit, dia nggak mau nangani bajaj kita. Kita harus royal sama dia,” kata Sukma.
![Bajaj berbahan bakar gas. [Dok PGN]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2016/08/09/o_1apn9ndip1ov74vf16161ve7jh2a.jpg)
Sukma mengatakan dengan keadaan seperti sekarang, pulang ke rumah, paling-paling hanya bisa membawa uang Rp30 ribu atau Rp50 ribu.
Beberapa waktu yang lalu, bajaj yang biasa dikemudikan Sukma mengalami kerusakan sehingga mogok. Bos bajaj tidak bersedia memperbaikinya dengan alasan keuangan, dia justru menyuruh Sukma untuk membetulkan sendiri, padahal ketika itu Sukma juga sedang tidak pegang uang.
Selama beberapa hari bajaj mogok, Sukma mencari alternatif lain untuk mencari nafkah. Dia terinspirasi dari sejumlah orang. Dia mengamen dengan cara menjadi badut di jalanan. Badut dia sewa seharga Rp30 ribu setiap hari.
“Saya ngondel-ondel. Kalau ngarepin dia (bos), anak saya nggak makan. Ada yang nyaranin ke saya kaki tidak sakit, pakai obat saja. Tapi saya nggak mau pakai gituan,” kata Sukma.
Selama beberapa hari menjadi badut, Sukma tetap membawa putrinya. Tapi Sukma tidak mau berlama-lama membadut karena tidak kuat jalan kaki terlalu lama. Dia tetap cinta pada bajaj. Itu sebabnya, sementara bajaj yang lama ditinggal di bengkel, dia mendapatkan jalan keluar dengan menyewa bajaj yang lain untuk kembali melayani penumpang.
Sukma tidak pernah menyerah dengan keadaan. Dia juga tidak mau semua-muanya bergantung pada suami.
Bawa bajaj sambil mengajak anak
Tidak ada data pasti mengenai jumlah pengemudi bajaj di Jakarta yang mengajak anak-anak kecil ikut mencari uang.
Baca Juga: Kisah Penjaga Makam: Menjawab Apa Saja yang Terjadi di Kuburan
Tapi menurut informasi yang disampaikan Sukma, tidak sedikit pengemudi bajaj lelaki yang mengajak anak atau cucu mereka ke jalan. Sukma meyakini, tujuan mereka membawa anak untuk memunculkan rasa kasihan dari penumpang.