Suara.com - Publik di Pakistan memprotes pengalihan air sungai untuk bendungan hidroelektrik, karena ikut memanaskan rata-rata suhu musim panas di kota Muzaffarabad.
Meski begitu, pemerintah bersikeras mempercepat pembangunan bendungan baru.
Saban musim panas, keluarga Khawaja Maqbool Hadieri terbiasa melepas penat di balkon rumah, ditemani hembusan hawa sejuk dari Sungai Neelum yang mengalir tak jauh di dasar lembah Muzaffarabad, Azad Kashmir, Pakistan.
Tapi belakangan "kami berkeringat deras waktu duduk di sana, walaupun ditemani kipas listrik,” kata Hadieri yang berusia 70 tahun.
Baca Juga: Laporan PBB Ungkap Dampak Perubahan Iklim Sebabkam Kekeringan Hingga Badai
Aliran air di Neelum tidak lagi sederas dulu. Dia menduga penyebabnya adalah pembangkit listrik yang mengalihkan air sungai untuk menggerakkan turbin.
Pakistan banyak menggantungkan pertumbuhan dari sungai-sungainya, terutama untuk kebutuhan air dan produksi listrik.
Di kota Muaffarabad, PLTA berkapasitas satu gigawatt itu mendulang protes penduduk sejak beroperasi 2018 silam.
Pengalihan air sungai dikeluhkan tidak hanya membuat suhu rata-rata di kota melonjak dan pasokan air menyusut, tetapi juga memperparah dampak pencemaran limbah cair yang kini dikabarkan mulai menggenang di sejumlah titik.
Namun meski mengakui dampak lingkungan, pemerintah Pakistan bersikeras mengalihkan air dari sungai kedua di Muzaffarabad, Jhelum, untuk proyek hidroelektrik lain.
Baca Juga: Bocah 8 Tahun Terancam Hukuman Mati Gara-gara Kencingi Karpet Madrasah
Menyusutnya sungai Himalaya Sungai Neelum dan Jhelum dialiri lelehan gletser di Pegunungan Karakoum.
Selama ini aliran air sekaligus berfungsi untuk mendinginkan kota-kota di pesisirnya. Namun pengalihan air memangkas kapasitas sungai menyerap panas menjadi separuhnya, kata Shafiq Abbasi, Wakil Direktur Badan Perlindungan Lingkungan di Azad Kashmir.
Suhu rata-rata musim panas tercatat meningkat hingga lima derajat Celcius sejak bendungan diresmikan.
Pakistan sepenuhnya bergantung dari ketersediaan air di basin Sungai Indus, yang juga meliputi lima sungai lain, Neelum/Jhelum, Ravi, Chenab, Beas dan Sutlej. Saat ini hampir sepertiga penduduk tercatat bekerja di sektor pertanian.
Komoditas utama adalah beras, gandum, kapas dan buah-buahan yang membutuhkan air dalam jumlah besar. Sebab itu pula sebagian besar kebutuhan air Pakistan digunakan untuk sistem irigasi.
Meski begitu, Pakistan masih bertengger di urutan ke88 dalam daftar negara dengan tingkat kerawanan pangan paling tinggi di dunia, dan tergolong rentan dilanda kelangkaan air.
Listrik dari sungai "Air yang mengalir di dalam sungai tidak seharusnya dibiarkan terbuang, tetapi disimpan untuk kepentingan masyarakat. Tapi pengalihan air sungai harusnya dihindari,” kata Taja Abbas Khan, bekas pejabat lingkungan di Azzad Kashmir.
Kucuran dana investasi dari Cina yang membuka koridor ekonomi dari Xinjiang hingga ke Balochistan, ikut mendorong pembangunan bendungan hidroelektrik di Pakistan.
Namun Abbas Khan mendesak agar desain bendungan tidak melibatkan pengalihan air. Menurutnya, pengalihan air di Muaffarabad akan menyebabkan "bencana” bagi warga lokal, seperti keluarga Hadieri.
"Kami sebenarnya tidak menentang proyek hidroelektrik, tapi supaya jangan dibangun dengan merusak lingkungan,” imbuhnya.
Satu-satunya solusi, kata Khan, adalah dengan membangun PLTA mini di sepanjang sungai, ketimbang bendungan raksasa yang menyisakan dampak besar.
Abbas meyakini jaringan PLTA mini juga menjawab masalah fluktuasi volume air sungai yang kian sulit diprediksi akibat dampak perubahan iklim.