Taliban yang Kian Dekat Kuasai Afghanistan

Bangun Santoso Suara.Com
Jum'at, 13 Agustus 2021 | 06:08 WIB
Taliban yang Kian Dekat Kuasai Afghanistan
Arsip - Pasukan Komando Afghanistan terlihat di lokasi medan pertempuran dengan pemberontak Taliban di Kunduz, Afghanistan, Juni 2021. (Antara/Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kelompok bersenjata Taliban dilaporkan berhasil merebut Kota Ghazni pada Kamis (12/8/2021) waktu setempat, ibu kota provinsi kesembilan yang mereka kuasai hanya dalam sepekan.

Intelijen AS sebelumnya menyebutkan, Ibu Kota Kabul, yang berjarak hanya 150 km dari Ghazni, bisa jatuh ke tangan Taliban dalam waktu 90 hari.

Cepatnya penguasaan Taliban atas kota-kota utama di Afghanistan telah menyulut tudingan pada keputusan Presiden AS Joe Biden untuk menarik pasukannya dan membuat pemerintah Afghanistan berjuang sendirian.

Pasukan internasional terakhir yang dipimpin AS akan ditarik dari negara itu akhir bulan ini.

Baca Juga: Gedor Setiap Pintu, Taliban Kumpulkan Gadis Belia untuk Dijadikan Budak Seks

Kendali Taliban atas dua pertiga wilayah Afghanistan telah memicu pertempuran di berbagai tempat.

Situasi itu menyebabkan ribuan keluarga meninggalkan daerah mereka untuk mencari tempat yang lebih aman di Kabul dan kota-kota lain.

Seorang pejabat senior mengatakan Taliban telah merebut Ghazni, yang terletak di antara Kabul dan kota terbesar kedua, Kandahar, dan telah menguasai gedung-gedung pemerintah setelah bertempur hebat dengan pasukan Afghanistan.

"Semua pejabat pemerintah setempat, termasuk kantor gubernur, telah dievakuasi ke Kabul," kata pejabat yang menolak menyebutkan namanya itu.

Pertempuran juga semakin intens di Kandahar. Rumah sakit setempat telah menerima banyak jenazah tentara dan beberapa anggota Taliban yang terluka, kata seorang dokter pada Rabu (11/8/2021).

Baca Juga: Pemerintah Afghanistan di Ambang Runtuh, Taliban Bisa Rebut Ibu Kota Kabul Dalam 90 Hari

Taliban mengeklaim telah menguasai penjara provinsi di Kandahar.

"Pertempuran tidak berhenti hingga pukul 4 dini hari dan usai shalat subuh berlanjut lagi," kata seorang pekerja kemanusiaan di Kandahar.

Taliban juga mengklaim telah merebut sejumlah bandara di luar Kunduz dan Sheberghan di utara serta Farah di barat yang menyebabkan pengiriman bantuan kepada tentara pemerintah menjadi lebih sulit.

Kelompok militan itu mengatakan mereka juga menguasai gedung-gedung pemerintah provinsi di Lashkar Gah, ibu kota provinsi selatan Helmand, yang menjadi pusat aktivitas Taliban.

Pertempuran juga meletus di Badghis, kata gubernur provinsi di barat laut itu.

Berbatasan dengan Pakistan, Kandahar dan provinsi-provinsi lain di selatan dan timur telah lama menjadi jantung Taliban, namun di wilayah utara mereka berhasil merebut kota-kota penting dalam beberapa pekan terakhir.

Ketika memerintah Afghanistan, mereka tak pernah bisa mengendalikan semua wilayah di utara. Kali ini, sepertinya mereka bertekad untuk menguasai wilayah itu sepenuhnya sebelum beralih ke Kabul.

Putus asa dengan kemajuan Taliban, Presiden Ashraf Ghani terbang ke Mazar-i-Sharif untuk mengumpulkan panglima perang --yang dulu pernah dia coba singkirkan-- untuk meminta bantuan mempertahankan kota terbesar di utara itu ketika Taliban semakin dekat.

Biden Tak Menyesal

Di Washington, pejabat pertahanan AS pada Rabu dengan mengutip pihak intelijen mengatakan Taliban dapat mengepung Kabul dalam 30 hari dan kemungkinan merebut kota tersebut dalam 90 hari, mengingat kemajuan pesat yang mereka capai mereka dalam pertempuran.

"Tapi ini bukan kesimpulan yang bisa dipastikan," kata pejabat yang menolak disebut namanya.

Dia menambahkan bahwa pasukan keamanan Afghanistan bisa membalik momentum itu dengan lebih banyak perlawanan.

Biden pada Selasa (10/8) mengatakan dirinya tidak menyesali keputusan untuk menarik pasukan AS. Dia mendesak pemimpin Afghanistan untuk berjuang demi tanah air mereka.

Semua akses ke Kabul, yang berada di atas dataran yang dikelilingi pegunungan, dipenuhi warga sipil yang pergi menghindari kekerasan, kata seorang sumber di kalangan negara Barat.

Dia menambahkan bahwa ada risiko pejuang Taliban berada di antara para pengungsi.

"Yang menjadi kekhawatiran adalah ada pengebom bunuh diri yang memasuki kawasan diplomatik untuk menakut-nakuti, menyerang, dan memastikan setiap orang segera pergi," kata dia.

Taliban mengendalikan sebagian besar Afghanistan dari 1996 sampai 2001, lalu digulingkan karena menyembunyikan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden setelah peristiwa 11 September.

Mereka ingin merebut kekuasaan kembali dari tangan pemerintah Afghanistan dukungan AS dan memberlakukan kembali hukum Islam yang ketat.

Generasi baru Afghanistan, yang kini beranjak dewasa sejak 2011, khawatir kemajuan yang sudah dicapai, seperti hak-hak perempuan dan kebebasan pers, akan lenyap.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan lebih dari 1.000 warga sipil terbunuh pada Juli. Komite Palang Merah Internasional mengatakan bahwa sejak 1 Agustus sebanyak 4.042 orang yang terluka telah dirawat di 15 fasilitas kesehatan.

Taliban membantah telah menargetkan atau membunuh warga sipil. Kelompok itu menyerukan agar penyelidikan yang independen dilakukan. (Sumber: Antara/Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI