Suara.com - Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengakui data yang ada saat ini belum menggambarkan secara utuh kondisi pandemi corona di Indonesia.
Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19, Dewi Nur Aisyah, mengatakan masih terjadi keterlambatan input data dari daerah ke pusat sehingga data menjadi tidak sinkron.
"Kita mendorong bagaimana sinkronisasi data pusat dan daerah dapat berjalan, koordinasi kemenkes dan dinkes provinsi/kabupaten/kota dapat berjalan agar gap-gap data ini dapat semakin kecil sehingga dapat menggambarkan kondisi di Indonesia lebih baik lagi," kata Dewi dalam diskusi virtual, Kamis (12/8/2021).
Dewi mencontohkan, banyak kasus meninggal dunia yang sudah terjadi beberapa pekan lalu baru terlaporkan pada pekan ini, sehingga terkesan saat ini angka kematian tinggi.
Baca Juga: Melonjak! Pasien Covid-19 Meninggal di Kepri Bertambah 33 Orang
"Dalam proses sinkronisasi tersebut ditemukan beberapa kasus data nasional yang tidak ada di data daerah ada, mungkin meninggalnya sudah dua bulan lalu, tapi karena belum tercatat di sistem mau tidak mau dimasukin, kesannya tinggi sekarang, padahal sudah pekan lalu," jelasnya.
Atas dasar ini pemerintah mengeluarkan indikator kematian dalam evaluasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM level 4-3.
Untuk sementara waktu pemerintah menggunakan indikator lain untuk penilaian, seperti tingkat keterpakaian tempat tidur, kasus konfirmasi positif, perawatan di rumah sakit, tracing, testing, dan kondisi sosio-ekonomi masyarakat.
Dengan ketentuan baru ini, terdapat 26 kabupaten/kota yang berhasil turun dari Level 4 ke Level 3.
Baca Juga: Tambah Tiga, Angka Kematian Pasien Covid-19 di Garud Menjadi 1.139 Jiwa