Sambut HUT RI, Pedagang Bakso Gowes 650 KM dari Tangerang ke Wonogiri, Bagaimana Kisahnya?

Siswanto Suara.Com
Kamis, 12 Agustus 2021 | 15:23 WIB
Sambut HUT RI, Pedagang Bakso Gowes 650 KM dari Tangerang ke Wonogiri, Bagaimana Kisahnya?
Ilustrasi gowes (Unsplash/Flo Karr)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pedagang bakso asal Wonogiri bernama Huda Akhsan Nasrullah alias Huda Jabrik naik sepeda dari Kota Tangerang ke kampung halaman. Aksi Huda Jabrik tujuannya untuk ikut meramaikan penyambutan HUT RI ke-76.

Pemuda berusia 22 tahun itu berangkat dari Kelurahan Keroncong, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang, Jumat (6/8/2021), pagi.

Dia berhasil tiba di rumahnya, Dusun Pucanganom Lor, RT 1, RW 7, Desa Pucanganom, Kecamatan Giriontro, Wonogiri, pada Selasa (10/8/2021), sekitar pukul 14.00 WIB.

Huda Jabrik merantau ke Tangerang sejak satu tahun lalu. 

Baca Juga: Lagi Asyik Gowes di Dago, Pesepeda Dibubarkan Polisi

“Ini untuk menyongsong HUT RI ke-76, gowes dari Tangerang ke Wonogiri. Awalnya akan saya tepatkan saat 17 Agustus nanti. Namun saya tidak sabar, sudah rindu rumah,” kata dia kepada jurnalis Solopos.com, Kamis (12/8/2021).

Huda Jabrik merupakan penggila sepeda sejak 2020. Dia seorang atlet Persinas ASAD Lembaga Dakwah Islam Indonesia.

Sebelum gowes dari Tangerang ke Wonogiri yang jaraknya sekitar 650 kilometer, dia pernah bersepeda dari Tangerang ke Sukabumi sejauh 200 kilometer.

Dia menceritakan pengalaman selama perjalanan dari Kota Tangerang ke Wonogiri. Dalam perjalanan, dia mendapatkan banyak bantuan dan tawaran menginap pada malam hari dari anggota komunitas pesepeda. Tetapi, dia memilih istirahat di masjid atau kamar khusus untuk tamu.

“Kan ada grup Whatsapp. Ditanya sampai mana, kalau samapi daerah ini pada lama hari diampirkan. Saya tidur minimal pukul 21.00 WIB, maksimal pukul 22.00 WIB. Habis subuh langsung lanjut gowes lagi,” kata dia.

Baca Juga: Tutup Jalan Sudirman dari Kegiatan Olahraga, Polisi: Nekat Gowes Dikandangkan

Di perjalanan, dia tidak pernah kelaparan. Dia banyak mendapatkan bantuan makanan dan minuman dari pengendara kendaraan bermotor. Dia juga mendapatkan uang dari sejumlah orang.

Bekal perjalanannya, antara lain baju, peralatan mandi, peralatan bengkel, ban cadangan, dan madu hitam untuk menjaga stamina. Ia membawa uang sebesar Rp730.000 dari hasil jualan bakso.

Huda Jabrik sudah merencanakan gowes sejak dua bulan yang lalu. Keluarganya mendukung dan itu membuatnya semakin bersemangat.

Sepeda Tua

Huda mengendarai sepeda jenis Federal keluaran 1987. Sepeda ini dulu dia beli seharga Rp400.000, lalu dia perbaiki.

“Untuk perbaikan tidak sampai menghabiskan Rp1 juta. Sebelumnya sudah pernah punya sepeda United, harganya Rp2 juta. Tapi baru satu bulan sudah hilang. Alhdmdulillah sampai rumah sepeda saya belum ganti ban dan aman,” kata dia.

Huda selalu mendokumentasikan perjalanannya, terutama setiap memasuki batas wilayah.

Trek paling berat, kata dia, di daerah Indramayu. Mengayuh sepeda di jalanan lurus di tepi pantai saat cuaca panas dan angin kencang menjadi tantangan tersendiri bagi dia.

Jalur berat juga ia rasakan di Ungaran, Semarang. Dia harus melewati jalanan yang dicor dengan medan naik-turun pada tengah hari bolong saat cuaca panas.

“Ya sampai sekarang kalau buat jalan masih agak pegal kakinya, kalau buat sepeda enggak terasa. Ya saya berharap banyak yang menjalankan aktivitas gowes agar sehat dan kuat tubuhnya,” kata Huda Jabrik.

REKOMENDASI

TERKINI