Taliban ingin mengalahkan pemerintah yang didukung AS dan menerapkan kembali hukum Islam yang ketat.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price mengatakan serangan itu bertentangan dengan semangat kesepakatan 2020.
Taliban berkomitmen untuk melakukan pembicaraan tentang kesepakatan damai yang akan mengarah pada "gencatan senjata permanen dan komprehensif," kata Price pada Rabu.
"Semua indikasi setidaknya menunjukkan bahwa Taliban malah mengejar kemenangan di medan perang."
"Menyerang ibu kota provinsi dan menargetkan warga sipil tidak sesuai dengan semangat kesepakatan," katanya.
PBB mengatakan lebih dari 1.000 warga sipil tewas dalam sebulan terakhir, dan Komite Internasional Palang Merah mengatakan bahwa sejak 1 Agustus sekitar 4.042 orang yang terluka telah dirawat di 15 fasilitas kesehatan.
Taliban membantah menargetkan atau membunuh warga sipil dan menyerukan penyelidikan independen.
Kelompok itu "tidak menargetkan warga sipil atau rumah mereka di wilayah mana pun, melainkan operasi telah dilakukan dengan sangat presisi dan hati-hati," kata juru bicara Taliban Suhail Shaheen dalam sebuah pernyataan pada Rabu.
Pembicaraan Damai
Baca Juga: Taliban Kuasai Kembali Afganistan, Anak-anak Ikut Jadi Korban Kekerasan
Lepasnya Faizabad ke tangan Taliban merupakan kemunduran terbaru bagi pemerintahan Presiden Ashraf Ghani, yang terbang ke Mazar-i-Sharif untuk mengumpulkan panglima perang untuk mempertahankan kota terbesar di utara itu saat pasukan Taliban semakin mendekat.