Sejarah Satu Suro dan Perayaannya di Indonesia

Rifan Aditya Suara.Com
Rabu, 11 Agustus 2021 | 19:53 WIB
Sejarah Satu Suro dan Perayaannya di Indonesia
Sejarah Satu Suro dan Perayaanya di Indonesia - Peringatan Malam Satu Suro. [Instagram]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dalam kepercayaan budaya Jawa, Satu Suro menjadi hari yang begitu disakralkan dan disucikan. Sebab, hari tersebut menjadi hari pertama dan bulan pertama pada pergantian tahun dalam kalender Jawa (sura/suro). Lalu bagaimana sejarah Satu Suro?

Ada hal yang cukup menarik pada perayaan 1 suro tahun ini, yakni 1 suro tahun ini bertepatan dengan tanggal 1 Muharram dalam penanggalan kalender Hijriyah atau dikenal tahun baru Islam. Hari besar tersebut dinyatakan sebagai hari libur nasional (10 Agustus 2021).

Di bawah adalah ulasan tentang Sejarah Satu Suro dan Perayaanya, mari simak!

Sejarah Satu Suro

Baca Juga: Mitos Malam 1 Suro dan Bedanya dengan 1 Muharram

Di Indonesia sendiri 1 Suro diperingati dengan beragam ritual pada daerah masing-masing, contoh di kota Solo dan Yogyakarta ada sebuah ritual yang dikenal dengan istilah Kirab Kebo Bule. Pada perayaan tersebut Kebo Bule yang dianggap sebagi pusaka Keraton akan diarak untuk berkeliling kota.

Sedangkan sejarah penetapan 1 Suro sebagai Tahun Baru Jawa sudah diperingati semenjak Zaman Sultan Agung Hanyakrakusuma atau Sultan Agung. Beliau adalah seorang raja yang berasal dari Kerajaan Mataram Islam (1613-1645).

Sultan Agung mendapatkan gelar Wali Radja Mataram dari para pemuka agama Islam. Gelar tersebut beliau dapatkan karena dianggap berjasa dan berhasil dalam melakukan akulturasi antara agama Islam dan budaya Jawa tanpa menghapuskan tradisinya.

Contohnya pada tahun 1633 Masehi atau tepatnya 1555 dalam kalender Jawa. Sebuah acara selamatan besar-besaran dilakukan oleh Sultan Agung untuk memperingati 1 Suro sebagai pergantian tahun dalam kalender Jawa.

Keputusan yang beliau lakukan bukanlah semata-semata tanpa asas. Sultan Agung menentukan penanggalan tersebut berdasarkan gabungan antara kalender Hijriyah dan kalender Jawa, termasuk dalam penanggalan Islam, Hindu dan barat.

Baca Juga: 4 Potret Terkini Pemain Film Satu Suro, Jauh dari Kesan Horor

Penjamasan pusaka berusia 700 tahun jelang peringatan satu Suro di Desa Sidomulyo Cepiring Kendal. [Ayosemarang.com]
Penjamasan pusaka berusia 700 tahun jelang peringatan satu Suro di Desa Sidomulyo Cepiring Kendal. [Ayosemarang.com]

Prosesi dan Tradisi Satu Suro

Seperti yang sudah dijelaskan di atas ada beberapa prosesi yang dilakukan oleh masyarakat yang merayakan 1 suro, beberapa diantaranya adalah:

1.       Mubeng beteng

Perayaan Satu Suro yang pertama adalah dengan cara mengitari benteng keraton. Ada dua  metode yang dilakukan dalam menjalani prosesi mubeng benteng.

Yang pertama, pradaksina artinya mengelilingi tembok keraton dengan mengikuti  arah jarum jam. Yang Kedua, prasawya adalah dengan menapaki jalan berkeliling keraton dengan melawan arah jarum jam.

2.       Laku prihatin

Tradisi Satu Suro yang kedua ini dilakukan dengan cara menjalani aktivitas untuk tidak tidur semalam suntuk untuk melakukan tirakatan atau menghadiri acara kesenian.

3.       Kesenian-kesenian daerah

Selanjutnya adalah dengan cara menggelar acara kesenian-kesenian daerah seperti wayang dll.

4.       Kirab Satu Suro

Kirab adalah berjalan secara beriringan dalam menjalani prosesi adat tertentu. Dalam perayaan Satu Suro, kirab dilakukan dengan cara berjalan iring-iringan mengikuti kebo bule dan benda-benda pusaka keraton lainnya.

Demikian adalah ulasan tentang sejarah Satu Suro dan perayaanya. Semoga dapat memberikan wawasan baru bagi anda.

Kontributor : Dhea Alif Fatikha

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI