Cerita Para Kolektor Benda Pusaka, Bagaimana Mereka Merawat Pamornya?

Siswanto Suara.Com
Rabu, 11 Agustus 2021 | 10:36 WIB
Cerita Para Kolektor Benda Pusaka, Bagaimana Mereka Merawat Pamornya?
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Puluhan kolektor benda pusaka di Situbondo, Jawa Timur, memandikan benda pusaka pada 1 Sura. Tradisi ini merupakan bagian dari perawatan benda peninggalan leluhur.

“Formalnya kami lakukan perawatan benda pusaka di bulan Sura. Setiap kolektor di sini biasanya melakukan ritual mencuci benda pusaka di rumahnya masing-masing,” kata kolektor bernama Sudi Wardoyo dalam laporan Jatimnews.

Di Situbondo terdapat 40 kolektor benda pusaka. Tiap-tiap kolektor memiliki benda pusaka yang memiliki kekhasan masing-masing.

Sudi memiliki koleksi keris omyang jimbe. Nama omyang diambil dari empu dan nama jembe merupakan nama desa.

Baca Juga: Melihat Ritual Cuci Benda Pusaka di TMII

Keris omyang jimbe, menurut cerita Sudi, dibuat pada zaman kerajaan Majapahit di era Prabu Brawijaya V.  Konon keris ini dibuat untuk menangkap atau mengusir pagebluk.

Sudi mengatakan harga keris omyang jimbe di kalangan kolektor tergolong mahal, berkisar antara Rp600 juta dan Rp1 miliar.

“Seorang kolektor benda pusaka akan mempelajari sejarahnya terlebih dahulu. Semakin tinggi (nilai) sejarahnya, semakin mahal harganya. Misalnya benda pusaka tertentu pernah jadi senjata raja tertentu, itu akan mahal karena jadi kebanggan tersendiri,” ujarnya.

Koleksi para kolektor bermacam-macam, di antaranya keris, tombak, dan pedang. Semua koleksi memiliki catatan sejarah.

“Banyak sekali koleksi benda pusaka di Situbondo. Kami masih berencana membuat semacam museum agar para generasi muda tahu peninggalan leluhurnya,” tuturnya.

Baca Juga: 7 Fakta Unik Tentang Keris yang Mungkin Belum Kamu Ketahui

Kolektor bernama Karno Hari Susanto mengatakan menjadi kolektor benda pusaka karena warisan dari keluarga. Saat ini, Karno memiliki 100 benda, di antaranya tombak, keris, dan pedang. 

“Bapak dan kakek saya pejuang. Benda-benda pusaka ini sebagian besar saya dapat dari warisan keluarga. Tugas kita saat ini hanya merawat karena kita sudah tak bisa lagi membuat benda seperti ini,” katanya.

Karno mengatakan memandikan benda pusaka merupakan bagian dari cara merawat agar tetap bersih. Dia tidak hanya membersihkan benda pusaka pada bulan Sura, dia sering merawat dengan minyak khusus agar pamornya tetap terawat dan tidak berkarat.

Dia dan teman-temannya berencana akan mendirikan paguyuban pecinta benda pusaka. Tujuannya untuk melestarikan agar anak-anak muda bisa mengenal sejarah dan peninggalan leluhur.

“Anak-anak milenial sudah tak mengenal benda-benda pusaka seperti ini. Kita akan bentuk paguyuban untuk melestarikannya agar semakin banyak orang mencintai benda-benda pusaka ini,” katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI