Tak Semulus Aspal Jalan Raya, Sederet Rintangan dan Bahaya Relawan Pengawal Ambulans Covid

Selasa, 10 Agustus 2021 | 19:16 WIB
Tak Semulus Aspal Jalan Raya, Sederet Rintangan dan Bahaya Relawan Pengawal Ambulans Covid
Anggota Patwal Ambulance Depok, komunitas pengawal mobil ambulans pembawa pasien covid-19. (Dok P.A.D.E)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak cerita perjumpaan di jalan raya yang ditemui komunitas Patwal Ambulance Depok (P.A.D.E) -- gerakan kemanusiaan yang bekerja di ranah pengawalan mobil ambulans menuju rumah sakit atau Tempat Pemakaman Umum (TPU). Tentunya, banyak peristiwa yang harus mereka hadapi, misalnya membelah kemacetan jalan raya Ibu Kota agar mobil ambulans dapat jalan hingga dengan pengendara lainnya. 

Ketua Umum P.A.D.E, Sank Putra Rochutomo (34) bercerita, maksimal ada enam unit sepeda motor untuk melakukan pengawalan terhadap mobil ambulans. Merujuk pada Standar Operasional Prosedur (SOP), nantinya ada dua unit sepeda motor yang akan berada di depan ambulans.

Kemudian, akan ada dua unit sepeda motor yang akan bersiaga di belalang mobil ambulans. Dua unit sepeda motor sisanya akan bertugas sebagai tim penutup jalan jika ambulans melewati jalur-jalur seperti lampu merah atau persimpangan jalan.

"Kalau untuk pengawalan, kami maksimal itu satu unit enam kendaraan. Jadi SOP-nya dua motor di depan, dua jadi tutup jalan atau bloker, dua lagi di belakang ambulans," kata Putra saat dijumpai Suara.com, Senin (9/8/2021) malam.

Baca Juga: Lihai Menembus Macet, Cerita Orang-orang yang Ikhlas Kawal Ambulans Covid Demi Kemanusiaan

Jalan raya kerap memberikan hal-hal terduga bagi para punggawa P.A.D.E yang bertugas melakukan pengawalan. Selain kemacetan, terkadang pos penyekatan kerap menghambat sejumlah kegiatan pengawalan baik menuju rumah sakit maupun TPU.

Terhitung sejak 3 Juli 2021, pemerintah menerapkan kebijakan PPKM Darurat dan sempat berubah nama menjadi PPKM Level 4. Teranyar, kebijakan tersebut kembali diperpanjang selama sepekan hingga 16 Agustus 2021 mendatang.

Pada awal penerapan kebijakan tersebut, banyak titik yang dijadikan pos penyekatan seperti di Lenteng Agung maupun Mampang. Tak jarang, para pengawal ambulans harus berputar balik dan mencari jalan lain.

Komunitas Patwal Ambulance Depok (P.A.D.E), pengawal ambulans. (Dokumentasi P.A.D.E)
Komunitas Patwal Ambulance Depok (P.A.D.E), pengawal ambulans. (Dokumentasi P.A.D.E)

"Terus di PPKM ada pula yang disuruh putar balik, jadi kami teman-teman yang kawal putar balik tapi ambulans boleh lewat," sambung Putra.

Perjumpaan dengan Pengendara Lain

Baca Juga: Permintaan Ambulans dan Olah Limbah Medis Selter Meningkat, Jogja Dapat Tambahan Rp1,3 M

Jalan raya, kerap menghadirkan hal-hal tidak terduga. Pengguna jalan, baik pengendara kendaraan roda dua maupun empat mempunyai karakter dan sifat yang berbeda dalam melihat mobil ambulans yang melintas.

Putra mengakui, para personel P.A.D.E kerap berhadapan dengan masyarakat yang tidak senang dengan aktivitas pengawalan mobil ambulans. Terkadang, orang-orang memberi citra buruk bagi para pengawal mobil ambulans.

Misalnya saja, ada pengguna jalan yang memandang kegiatan pengawalan mobil ambulans sebagai tingkah yang arogan. Hal itu terjadi lantaran para pengawal mobil ambulans kerap meminta para pengguna jalan lainnya untuk memberikan jalan bagi mobil ambulans menuju rumah sakit maupun TPU.

"Ada juga masyarakat yang tidak senang dengan aksi kami. Tapi kembali lagi, pada saat pengawalan, ada satu anggota kami yang bertugas mendekati masyarakat berikan pengertian dengan cara bicara baik-baik," beber Putra.

Anggota P.A.D.E lainnya, Abdul Rochim Al Aziz (29) turut menjumpai banyak peristiwa ketika dirinya bertugas mengawal mobil ambulans. Pria yang berprofesi sebagai security itu tak jarang harus melakukan komunikasi dengan pengguna jalan lainnya.

"Kami sih minta pengertian ke pengendara lain secara halus dan pelan-pelan, misalnya kami minta untuk menepi," ungkap Aziz.

Dalam kegiatan mengawal ambulans menuju TPU misalnya, para personel P.A.D.E terkadang harus berjumpa dengan pihak keluarga yang ingin ikut iring-iringan. Karena pemahaman dan SOP pengawalan mobil ambulans masih minim, tak jarang pulang para punggawa P.A.D.E harus memberikan edukasi soal pengawalan mobil ambulans.

"Sebelum pengawalan dilakukan, kami biasa saling koordinasi ke driver ambulans dan pihak keluarga, kalau misal ada yang ikut iring-iringan pake roda dua juga kami jelaskan roda empat juga, biar di jalan tidak terkesan ugal-ugalan," sebut Aziz.

Sebagai orang yang telah banyak makan asam garam dalam skena kawal mobil ambulans, Aziz punya cara tersendiri dalam menyikapi tingkah pengendara yang beragam. Pada intinya, dia tetap mengutamakan komunikasi yang baik agar meminalisir kesalahpahaman antara sesama pengguna jalan.

"Saya mikir hanya mau tolong orang, jadi jangan sampai terjadi mis-komunikasi dengan masyarakat yang lain," ungkap dia.

Tak hanya itu, menghormati sesama pengguna jalan adalah hal yang paling utama. Jika kegiatan pengawalan jenazah dipandang sebagai sesuatu yang arogan, Aziz tidak ambil pusing.

Pada intinya, kegiatan yang dilakukan oleh P.A.D.E adalah bentuk kerja kemanusiaan. Khususnya, membantu mereka yang harus mendapatkan pertolongan dengan segera.

"Jadi kami juga hargai pengguna jalan lain. Mereka mau ngomong apa terserah, kami sifatnya hanya relawan dan membantu dengan sifat kemanusiaan," imbuh Aziz.

Nyaris Kecelakaan

Cerita lain juga dibagikan oleh seorang anggota bernama Syahrul Setiawan (22). Pria yang juga berprofesi sebagai pengemudi ojek online ini kerap mendapat hambatan dalam kerja-kerja pengawalan mobil ambulans.

Syahrul bercerita, pada suatu saat ada pengguna jalan lain yang memepet sepeda motor miliknya pada saat mengawal mobil ambulans. Bukannya menepi ke sisi kiri jalan, pengguna jalan itu justru banting stir ke arah kanan dan pada akhirnya menghalangi sepeda motornya.

Singkatnya, Syahrul mau tidak mau harus mengerem hingga pada akhirnya terseruduk mobil yang berada tepat di belakangnya.

Anggota Patwal Ambulance Depok (P.A.D.E), komunitas yang secara sukarela mengawal mobil ambulans yang membawa pasien termasuk yang terpapar Covid-19.
Anggota Patwal Ambulance Depok (P.A.D.E), komunitas yang secara sukarela mengawal mobil ambulans yang membawa pasien termasuk yang terpapar Covid-19.

"Alhamdulilah, tidak sampai jatuh," kata Syahrul.

Dihalang-halangi

Angkutan umum alias angkot juga kerap memberikan kejutan tak terduga pada saat aktivitas pengawalan ambulans berlangsung. Salah satu tingkah sopir angkot yang kerap membikin para personel mengelus dada adalah tindakan rem mendadak.

"Tapi sejauh pengalaman saat ngawal, angkot pasti langsung minggir, rata-rata sudah pada mengerti, cuma ada saja angkot bukannya minggir ke kiri, tapi malah ke kanan dan terkesan menghalangi ambulans. Itu bahaya. Akhirnya gua pinggirin pelan-pelan," ujar Syahrul.

Syahrul menambahkan, dia kerap harus turun dari sepeda motor manakala kemacetan panjang terjadi. Dia akan membuka jalan, meminta pengertian pengguna jalan lain agar ambulans bisa melaju tampa hambatan menuju tempat tujuan.

"Jadi kalau posisi jalan macet, gua turun, pacar gua yang bawa motor, gua lari-lari buka jalan, nanti setelah itu gua yang bawa lagi motornya," jelasnya.

Pada intinya, lanjut Syahrul, para personel tidak pernah sampai mengetuk pintu atau kaca mobil yang ada di jalan raya. Kata dia, perilaku tersebut berpotensi mengundang emosi seseorang.

"Intinya, kalau dalam kondisi kaya gitu, jangan sampai kita ketok kaca atau pintu mobil pengendara lain, itu dihindari. Paling kami bicara baik-baik. Karena berpotensi mengundang emosi orang," imbuh dia.

Asal Usul P.A.D.E

Sebelum wabah Covid-19 melanda Tanah Air, gerakan kemanusiaan berupa pengawalan mobil ambulans sudah dilakukan oleh P.A.D.E. Berangkat dari sebuah keresahan mengenai kesulitan mobil ambulans kesulitan menembus kemacetan Ibu Kota, P.A.D.E resmi berdiri pada 14 Januari 2018 lalu.

Seiring melonjaknya kasus kematian akibat virus Corona, kerja-kerja sosial komunitas P.A.D.E tentunya semakin sibuk. Putra selaku ketua umum menyatakan, dalam sehari, P.A.D.E bisa mengawal tiga sampai empat ambulans menuju TPU.

Rutenya pun beragam, terkadang personel P.A.D.E kerap mengawal ambulans menuju TPU di kawasan Tapos, Depok, Jawa Barat. Tak jarang, P.A.D.E juga turut mengawal ambulans menuju TPU khusus Covid-19 di Ibu Kota seperti TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur atau TPU Rorotan, Jakarta Utara.

"Sehari bisa tiga sampai empat rute. Paling sering ke TPU Tapos dan Cilangkap, itu di Depok. Kalau di Jakarta kami biasa ke TPU Pondok Ranggon sampai Rorotan juga," ungkap Putra.

Anggota Patwal Ambulance Depok, komunitas pengawal mobil ambulans pembawa pasien covid-19. (dok P.A.D.E)
Anggota Patwal Ambulance Depok, komunitas pengawal mobil ambulans pembawa pasien covid-19. (dok P.A.D.E)

Untuk teknis bagi masyarakat agar bisa mendapat pengawalan, kata Putra, tinggal mengirim pesan ke akun Instagram P.A.D.E. Nantinya, pesan tersebut akan diteruskan kepada personel atau relawan yang berjaga setiap saat.

Gratis

Pada kesempatan itu, Putra menyatakan jika jasa pengawalan ambulans dari P.A.D.E adalah gratis atau tanpa biaya. Kata dia, pihaknya tidak pernah memungut biaya sepeser pun kepada pihak keluarga atau pasien yang membutuhkan jasa pengawalan.

"Kami tidak pernah mematok tarif, tidak pernah meminta biaya sepeser pun untuk biaya pengawalan ambulans," ungkap dia.

Sejak sebelum pandemi Covid-19 berlangsung, P.A.D.E telah memberikan pengawalan teehadap ambulans secara cuma-cuma.

Dalam hal ini, P.A.D.E juga memprioritaskan jasa pengawalan terhadap pasien yang sedang membutuhkan pertolongan dengan segera.

"Dari sebelum pandemi, kami tidak pernah memungut biaya, jadi pure dari hati teman-teman. Selain jenazah, kami juga prioritaskan pasien yang perlu mendapatkan pertolongan dengan segera," tegas Putra.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI