Suara.com - Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University, Australia Dicky Budiman, menyebut selama penerapan pemberlakukan pembatasan kebijakan masyarakat (PPKM) darurat hingga level 3 dan 4 kapasitas testing belum terpenuhi.
Bahkan kata Dicky, angka positivity rate masih di bawah 10 persen.
"Sayangnya selama PPKM ini kita belum bisa mencapai tes positif yang di bawah 10 persen seperti yang ditargetkan dan itu tentu amat sangat disayangkan karena apa? karena yang ditargetkan kapasitas testingnya pun tidak terpenuhi, selama hampir lebih sebulan belakangan ini," uja Dicky dalam diskusi Forum Diskusi Salemba 'Evaluasi Efektivitas PPKM Darurat dalam Penanganan Pandemi Covid-19' dalam akun Youtube ILUNI UI, Sabtu (7/8).
Menurut Dicky, dengan tidak terpenuhinya kapasitas testing, akan mempengaruhi angka kasus terkonfirmasi Covid-19 yang tidak terdeteksi. Sehingga menyebabkan tingkat pertumbuhan eksponensial dari Covid-19 sulit diputuskan.
Baca Juga: Imbas Pandemi Covid-19, Ratusan Hotel dan Restoran di Jawa Barat Tutup Permanen
"Lolosnya angka-angka kasus infeksi di masyarakat yang tidak terdeteksi dan dulu artinya tidak bisa kita isolasi karantina, itu yang menyebabkan tingkat pertumbuhan eksponensial dari covid ini makin sulit untuk kita putuskan," ucap dia
Dicky menilai bahwa selama PPKM, ada potensi lolosnya kasus terkonfirmasi Covid-19. Sehingga berakibat kasus menjadi meningkat
"Ini perhitungan yang saya ambil 10 hari terakhir. Jadi bagaimana selama PPKM ini kita memiliki ada potensi hilang kasus infeksi. lolosnya kasus infeksi yang ini akan berdampak, berdampak pada apa? pada kasus-kasus yang lebih banyak," tutur dia.
Dicky menjelaskan, bahwa puncak pandemi memiliki tiga kategori. Yakni puncak kasus infeksi, puncak beban di fasilitas kesehatan dan puncak angka kematian.
"Bicara puncak-puncak itu ada 3, puncak kasus infeksi, puncak beban di fasilitas kesehatan, puncak angka kematian. Jadi kalau kasus-kasus yang ini tidak terdeteksi yang kita lihat di 10 hari ini, ada asumisnya dan kalau lihat dari angka kematian ini, ini karena kenapa, karena angka kematian covid sebetulnya tes positivity ratenya nggak tinggi," katanya.
Baca Juga: Penuhi Janji, Ganjar Pranowo Kunjungi Desa Karangnangka untuk Belajar Tangani Pandemi
Lebih lanjut, Dicky menyebut positivity rate merupakan indikator awal yang sangat penting dalam pengendalian kasus Covid-19.
"Tes Positivity rate adalah bagian dari indikator awal yang sangat penting, karena dia memiliki banyak pesan tes positivity rate , kualitas-kualitas 3T, 5M juga bisa terllihat di situ dan juga dari situ kita bisa melihat laju penyebaran termasuk juga risiko paparan, banyak sekali yang bisa dimaknai dari tes positivity rate," katanya.