Kisah Yohana Belajar Ilmu Kematian dan Bisnis Peti Mati: Tetap Pakai Hati

Siswanto Suara.Com
Jum'at, 06 Agustus 2021 | 16:46 WIB
Kisah Yohana Belajar Ilmu Kematian dan Bisnis Peti Mati: Tetap Pakai Hati
Yohana [Beritajatim]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Yohana dalam laporan Beritajatim disebutkan menjadi satu-satunya WNI yang mengambil gelar Bachelor of Funeral Science di University of Central Oklahoma tahun 1997.

Kini, putri pebisnis peti mati Ario itu meneruskan bisnis keluarga generasi ke-8.

Jurusan yang dia pilih tak jauh-jauh dari bisnis yang sekarang dia geluti. Dia belajar bagaimana penanganan jenazah, pengawetan jenazah, anatomi tubuh, dan bahan kimia untuk pengawetan.

Yohana dengan suka cita menjalani proses pendidikan ilmu kematian. Ditambah lagi dengan ilmu hukum dan psikologi yang ia pelajari, sangat perjalanannya.

Baca Juga: Pengrajin Peti Mati Kelimpungan saat Covid Meroket, Banjir Orderan Tapi Stok Kayu Sedikit

“Buat saya meneruskan bisnis keluarga bukan pilihan, tapi saya dicetak untuk meneruskan bisnis ini. Maka saya memilih sekolah yang berkaitan dengan bisnis ini. Bachelor of Funeral Science. Jurusan yang berkaitan dengan ilmu kematian dimulai dengan penanganann pengawetan jenazah hingga proses lainnya,” kata ibu dari dua anak.

Bagi Yohana, bisnis peti mati bukan semata-mata mengejar keuntungan materi, tetapi juga mesti memiliki empati dan jiwa sosial dengan sesama, apalagi ditengah pandemi Covid-19.

Yohana juga sangat peduli dengan keamanan karyawan. Sebab, bidang usaha ini menjadi garda terdepan pelayanan jenazah yang meninggal akibat Covid atau non Covid.

Sejak awal pandemi, dia sudah menerapkan protokol kesehatan, bahkan mendatangkan dua dokter untuk memberikan penyuluhan bagi karyawan.

“Saya sudah memprepare sejak awal bagaimana standar protokol kesehatan bagi karyawan karena kita ini termasuk yang berada di garda depan maka harus benar-benar terjaga bukan hanya masker dan APD. Kami juga menyiapkan dokter perusahaan dan mendatangkan gugus tugas untuk penyuluhan karyawan,” kata Yohana.

Baca Juga: Cerita WNI Muslim yang Berprofesi Sopir Bus Sekolah di AS

Yohana juga membeli peralatan sprayer dan mesin disinfektan demi keamanan bersama.

“Undang dokter perusahaan untuk datang memberi penyuluhan cara memakai dan melepas APD. Training ini dilakukan dua kali untuk antisipasi, meski akhirnya ada juga beberapa karyawan tumbang. Kita juga ada sprayer yang dipikul, disinfectant fogging machine. Sampai yang datang baru, electrostatic sprayer buatan Eropa,” kata dia.

Yohana mengatakan berbisnis peti mati dan pelayanan terhadap jenazah mestilah mengedepankan rasa kemanusiaan.

"Berikan sedikit hatinya untuk berbagi tanpa harus menaikkan harga berilah keringanan untuk mereka."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI