Fakta Unik Letusan Gunung Tambora, Hasilkan Penemuan Cikal Bakal Sepeda

Rabu, 04 Agustus 2021 | 18:49 WIB
Fakta Unik Letusan Gunung Tambora, Hasilkan Penemuan Cikal Bakal Sepeda
Ilustrasi sepeda. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gunung Tambora tak hanya menyuguhkan pemandangan yang indah, namun juga turut andil dalam penemuan sepeda, alat transportasi yang belakangan ini naik daun.

Gunung berapi yang terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat tersebut meletus pada bulan April 1816. Letusan gunung itu diklaim lebih besar dari Gunung Krakatau.

Dampak dari letusan gunung Tambora tak hanya terasa di Indonesia, namun juga menyebar hingga belahan bumi lain dan menyebabkan bencana.

Menyadur Tree Hugger Rabu (4/8/2021), debu vulkanik dari letusan gunung Tambora terbawa angin hingga menutupi benua Eropa.

Baca Juga: Jelang EICMA 2021, Asosiasi Aksesoris Mobil dan Motor Italia Kemukakan Pertumbuhan Pasar

Akibat debu vulkanik gunung Tambora itu, benua Eropa dan sekitarnya mengalami musim dingin panjang akibat sinar matahari yang terhalang debu.

Gunung Tambora. [Wikipedia]
Gunung Tambora. [Wikipedia]

Selain itu, debu vulkanik itu membuat lahan pertanian gagal panen. Efek domino lain adalah tidak ada pakan untuk hewan ternak.

Meskipun letusan Tambora menyebabkan kekeringan, kelaparan serta penyebaran penyakit menular, tetapi juga berpengaruh terhadap penciptaan teknologi.

Laufsmaschine

Dua tahun setelah bencana tersebut, Baron Karl von Drais membuat sebuah alat transportasi yang menggantikan kuda.

Baca Juga: Jelang MotoGP Styria 2021, Wajah Aleix Espargaro Ada yang Berbeda

Kuda dan hewan penarik lainnya juga menjadi korban Tahun tanpa Musim Panas karena mereka kekurangan pakan dan banyak yang disembelih untuk dijadikan makanan.

Pada 1817, aristrokat dan penemu asal Jerman tersebut kemudian membuat dua roda yang ia pasang pada sebuah bingkai dan terdapat setang sebagai kendali.

Ia kemudian memberi nama Laufsmaschine yang berarti mesin berjalan dan menjadi cikal bakal desain sepeda hingga saat ini.

Ilustrasi draisienne hasil temuan Karl von Drais.[WIKIMEDIA COMMONS/Hélène Rival]
Ilustrasi draisienne hasil temuan Karl von Drais.[WIKIMEDIA COMMONS/Hélène Rival]

Sepeda yang pertama kali dibuat Drais berbobot 23 kg, memiliki dua roda yang terbuat dari kayu, dan dilengkapi tempat duduk mirip pelana kuda.

Sepeda temuan Drais tersebut juga belum dilengkapi pedal sehingga pengguna harus mendorongnya menggunakan kaki.

Dikutip dari Live Science, Drain kemudian membawa penemuannya ke Inggris dan Prancis. Di negara tersebut penemuannya menjadi terkenal.

Meskipun menemukan cikal bakal sepeda, Drais tidak mendapatkan banyak pujian atas penemuannya. Hal tersebut diklaim karena ia berada di sisi yang salah saat revolusi abad pertengahan yang melanda Eropa.

Nama Laufsmaschine juga tidak terlalu tenar, justru nama velocipede untuk versi Prancis dan draisienne yang lebih tersohor.

Drain kemudian membuat hak paten ke temuannya tersebut dan duproduksi massal di negara lain seperti Inggris Raya, Austria, Italia, dan Amerika Serikat.

Laufsmaschine juga menjadi cikal bakal dari velocipede yang kemudian terus mengalami perkembangan hingga menjadi sepeda seperti saat ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI