Suara.com - Tangis Abraham memecah ruang operasi Rumah Sakit Dustira, Cimahi, Jawa Barat, saat ia akhirnya hadir di dunia, Jumat 23 Juli 2021 pukul 21.40 WIB.
Kelahiran Abraham dipercepat melalui operasi caesar, saat usianya dalam kandungan sang bunda belum genap delapan bulan.
Namun, kedatangan Abraham di dunia harus ditukar dengan kepergian sang ibu, Tien Nancy Theresia Tambunan.
Tien Nancy yang bekerja sebagai tenaga kesehatan atau nakes, terinfeksi covid-19 saat hamil. Setelah melahirkan, kondisinya memburuk kemudian meninggal dunia.
Baca Juga: Sempat Terdengar Suara Ledakan, Gudang Milik TNI Hangus Terbakar
Abraham yang terlahir prematur, kekinian masih berada di ruang perawatan intensif karena terpapar covid-19.
Keputusan operasi cesar lebih cepat dari waktunya ini diambil dengan harapan bisa meringankan pemulihan Tien Nancy dari infeksi paru-paru akibat virus corona.
Selama sang ibu menjalani perawatan, Abraham sempat muntah-muntah saat diberikan susu formula.
Karena itulah, Jefri Situmorang, suami Tien Nancy, dan keluarga berinisiatif untuk mencari donor air susu ibu (ASI).
Sementara itu, kondisi ibu yang bekerja sebagai tenaga kesehatan di Rumah Sakit Unggul Karsa Medika, Kabupaten Bandung, terus memburuk.
Baca Juga: Anthony Ginting Gagal Melaju ke Final, Ayah: Terima Kasih Warga Cimahi dan Indonesia
"Jadi imunnya turun, sementara obat-obatan yang dimakan itu nggak boleh obat-obatan yang sifatnya keras," kata Jefri Situmorang kepada BBC News Indonesia, Rabu (28/07).
Di masa-masa kritis sang istri, Jefri, tak bisa menemani istrinya secara langsung. "Hanya bisa by phone dari kepala perawat yang menanganinya."
Tiga hari setelah melahirkan, Tien Nancy menghembuskan napas terakhir.
"Tuhan lebih sayang sama dia, mau enggak mau saya harus ikhlas," lanjut Jefri.
Abraham kini masih dalam perawatan intensif. Paru-parunya belum siap untuk bisa bertahan di ruangan normal.
"Sampai saat ini [masih positif Covid-19], mudah-mudahan bisa membaik, segera pulih," kata Jefri.
Nama lengkap bayi itu Abraham Rafael Situmorang. 'Abraham' disepakati bersama Jefri dan Tien Nancy sebelum meninggal, karena figur ini memiliki iman yang kuat.
Tapi karena saat ini sedang dalam tahap pemulihan, Jefri menambahkan nama tengah 'Rafael' yang artinya 'Tuhan yang menyembuhkan'. Sementara Situmorang adalah marga.
"Ketika Abraham pulih, saya pun harus berfokus membesarkan dia," kata Jefri.
Selama masa perawatan, Abraham kesulitan menerima makanan. Saat diberikan susu formula, ia "muntah lima kali", sampai pihak RS menyarankan ASI karena kemungkinan lebih bisa diterima lambung bayi.
"Makanya kemarin inisiatif dari keluarga untuk cari pendonor ASI dan puji Tuhan, masih banyak sekali orang-orang baik yang memang punya itikad baik untuk membantu anak saya untuk melakukan pendonoran ASI baik itu lingkungan keluarga, melalui salah satu platform pendonor ASI, lalu media sosial," kata Jefri.
Donor ASI di masa pandemi
Mereka yang bersedia mendonorkan ASI, kata Jefri, "banyak". Ia sangat mengapresiasi tawaran ASI dari ibu-ibu yang masih memiliki bayi.
"Saya bilang ternyata masih banyak orang yang care dan peduli. Saya kira sudah cuek untuk menyikapi semua permasalahan ini, [ternyata] gotong royongnya luar biasa," katanya.
Namun, sebagai penerima donor ASI, Jefri mengatakan harus selektif. Apa yang ia khawatirkan adalah ASI bisa menjadi perantara dari penularan penyakit.
Sejauh ini, pendonor ASI untuk Abraham dikatakan sudah ditelusuri riwayat kesehatannya. Persediaannya pun sudah cukup.
Dalam kasus lainnya, pencarian donor ASI juga dilakukan oleh Jamilla.
Warga Surabaya, Jawa Timur, ini membantu mencarikan ASI untuk bayi dari sahabatnya yang meninggal karena Covid-19 melalui media sosial dan pesan berantai.
"Intinya, memang dari saya sebagai ibu, kepikiran anak kecil ditinggal ibunya. Padahal, [bayi] butuh ibu dan ASI-nya," kata Jamilla kepada BBC News Indonesia, Rabu (28/07).
Sejak mengunggah pencarian donor ASI, tiga hari kemudian, ia sudah menerima pesan dari 500 nomor yang menawarkan bantuan. "Terus juga, ibu-ibu pun yang habis melahirkan, atau anaknya meninggal namun masih menghasilkan ASI, ibu-ibu itu juga menghubungi saya," kata ibu satu anak ini.
Baik Jefri maupun Jamilla sangat mengapresiasi respons dari masyarakat yang bersedia mendonorkan ASI-nya.
Tapi mereka mengaku sangat selektif menerima donor ASI dengan mempertimbangkan latar belakang pendonor, mulai dari riwayat kesehatan sampai kebiasaan konsumsi makan dan minum pendonor.
Aktivitas donor ASI sudah lama dilakukan masyarakat, mengingat manfaat besar ASI bagi bayi yang baru dilahirkan. Selama masa pandemi, aktivitas donor ASI menjadi sorotan karena terdapat kasus-kasus kematian ibu yang baru melahirkan karena Covid-19.
Berdasarkan laporan pemerintah hingga akhir Juni 2021, jumlah ibu hamil yang terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 35.099 kasus. Sebagian dari mereka meninggal setelah melahirkan, seperti kasus Abraham dan sahabat dari Jamilla.
Kontroversi donor ASI
Sejauh ini, belum ada payung hukum yang mengatur donor ASI. Wakil Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Farahdibha Tenrilemba mengatakan isu donor ASI masih pro dan kontra.
"Karena dari dulu isu donor ASI ini sungguhlah kontroversi. Terlebih sekarang di pandemi ini, banyak banget yang membutuhkan ASI," kata Farah - panggilan Farahdibha Tenrilemba.
Donor ASI baru bisa menjadi pertimbangan bagi "yang anaknya prematur, yang ibunya tidak sanggup karena pemulihan [kesehatan], atau karena meninggal."
Farah mengatakan sampai saat ini Indonesia belum memiliki lembaga resmi yang bisa memfasilitasi donor ASI, sehingga AIMI menyarankan proses donor ASI melalui fasilitas kesehatan, atau orang terdekat. AIMI juga mengeluarkan pedoman donor ASI melalui akun media sosialnya.
https://www.instagram.com/p/CG1cKsohWhB/?utm_medium=copy_link
Regulasi donor ASI disiapkan
Sementara itu, Koordinator Substansi Pengelolaan Konsumsi Gizi, Direktorat Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan, Mahmud Fauzi mengklaim pihaknya sedang menyiapkan regulasi donor ASI.
Regulasi ini menyertakan sejumlah prinsip, yakni ASI dari pendonor hanya bisa diberikan kepada bayi yang kelangsungan hidupnya bergantung dari ASI, dan donor ASI bersifat sementara.
"Itu memang lebih kepada kelangsungan hidup anak, jadi memang diberikan donor agar anak itu tetap bisa hidup. Karena itulah satu-satunya sebagai terapi."
"Saat ini memang kita sedang proses internal [aturannya], melalui biro hukum, mudah-mudahan kami akan diskusikan lagi nanti, supaya cepat berlanjut ke proses yang selanjutnya," kata Fauzi.
Bagaimanapun, aktivitas donor ASI yang berlangsung sejauh ini diyakini Jefri, ayah dari Abraham, karena kemanusiaan. Banyak warga ingin membantu mendonorkan ASI-nya demi keberlangsungan hidup bayi seperti Abraham, meskipun langkah ini masih mengandung pro dan kontra.
Jefri saat ini fokus pada pemulihan kesehatan Abraham. Ia berharap Abraham melewati masa pemulihan dan kelak, "Bisa jadi dokter, karena ibunya pun tenaga kesehatan. Saya berharap Abraham jadi penyembuh juga untuk manusia lain."