Suara.com - Gelombang unjuk rasa untuk menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha dilakukan di beberapa wilayah negeri Gajah Putih tersebut pada Minggu (1/8/2021).
Massa pengunjuk rasa melakukan konvoi di jalan-jalan menggunakan mobil dan motor. Mereka menilai, kepemimpinan Pemerintahan Chan-ocha dianggap gagal menangani wabah ketika negara itu berjuang melawan lonjakan tertinggi kasus Covid-19 selama pandemi.
Dalam aksi di Ibu Kota Thailand, Bangkok, pengendara mobil membunyikan klakson dan pengendara motor memberi salam tiga jari. Simbol tersebut merupakan bentuk perlawanan yang terinspirasi dari film Hollywood "The Hunger Games.
Mereka melintasi jalan sejauh 20 kilometer dari Monumen Demokrasi di pusat ibu kota menuju Bandara Internasional Don Muang.
"Kami nyaris tak bisa mencari nafkah sekarang, semua anggota keluarga kami terkena dampaknya," kata Chai, pengunjuk rasa berusia 47 tahun.
Dia juga mengatakan, bahwa Pemerintahan Chan-ocha gagal dalam menjamin ketersediaan vaksin di Negeri Siam tersebut.
"Pemerintah gagal memberi vaksin tepat waktu dan banyak dari kami yang belum divaksin," kata dia.
Chai menyatakan, aksi warga turun ke jalan terpaksa dilakukan agar pemerintah negara tersebut mendengar seruan dan penderitaan mereka.
Baca Juga: Warga Thailand Turun ke Jalan, Tuntut PM Chan-ocha Mundur
"Jika kami tidak turun ke jalan menyampaikan seruan, pemerintah akan mengabaikan kami."
Tak hanya di Bangkok, protes serupa juga digelar di provinsi-provinsi lain negara kerjaan tersebut.
Dari informasi yang dihimpun, negara itu berencana akan memvaksinasi 50 juta orang hingga akhir 2021 mendatang. Namun hingga kini baru 5,8 persen dari total 66 juta penduduk yang divaksin lengkap.
Sementara warga yang baru menerima satu dosis Vaksin Covid-19 baru mencapai 21 persen.
Pada Minggu (1/8/2021), Thailand melaporkan 18.027 kasus baru dan 133 kematian akibat Covid-19, sehingga totalnya menjadi 615.314 kasus dan 4.990 kematian. (Antara)