Kades Birit Gemar Sumbang Peti Mati: Saya Jadi Kades Sama Sekali Tak Pakai Pelicin

Siswanto Suara.Com
Selasa, 27 Juli 2021 | 16:56 WIB
Kades Birit Gemar Sumbang Peti Mati: Saya Jadi Kades Sama Sekali Tak Pakai Pelicin
Ilustrasi peti mati. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nama Kepala Desa Birit, Kecamatan Wedi, Klaten, Jawa Tengah, Sukadi Danang Witono, moncer dalam beberapa pekan terakhir. Namanya viral di media sosial dan sebagian media massa sering mengulas profilnya.

Sukadi mendapat apresiasi dari berbagai kalangan karena rela menggunakan uang pribadi untuk membelikan peti jenazah untuk warganya yang meninggal dunia.

Program andalan Sukadi ternyata terinspirasi dari kisah hidupnya sendiri. Dia pernah menjadi orang susah, selama empat sampai lima tahu menjadi sopir pengangkut truk pasir.

Solopos.com menulis, Sukadi terpilih menjadi kepala desa dalam pilkades serentak tahun 2017.

Baca Juga: Permintaan Peti Jenazah Covid-19 Batam Meningkat Empat Kali Lipat Dalam Sehari

Dia bersama 40-an kades di Klaten dilantik Bupati Klaten Sri Mulyani di Bukit Cinta, Gunung Gajah, Kecamatan Bayat, pada Kamis, 28 September 2017. Sukadi akan menjabat kepala desa sampai 2023.

Program andalan Sukadi yaitu membantu meringankan beban warga yang sedang berkabung. Sukadi bertekad menjadikan jabatan kepala desa sebagai pengabdian kepada masyarakat.

“Saya jadi kades sama sekali tak memakai uang [sebagai pelicin]. Warga sendiri gotong royong membantu saya saat mencalonkan diri. Begitu saya jadi kades, saya bertekad membantu warga. Saat ada yang meninggal dunia, saya belikan peti jenazah dan kebutuhan lainnya [seperti kain mori, payung, dan lainnya]. Anggarannya dari saya pribadi,” kata Sukadi Danang Witono, saat ditemui Solopos.com, di kantornya, Senin (26/7/2021).

Sejak awal menjabat, Sukadi sering mempersiapkan peti mati di desanya, untuk jaga-jaga kalau sewaktu-waktu dibutuhkan warga.

Di awal menjabat, angka kematian warga rendah. Tujuh peti yang dipersiapkan Sukadi, biasanya baru habis setelah tujuh bulan.

Baca Juga: Aparat Gagalkan Warga Mau Rebut dan Buka Peti Jenazah Pasien Covid-19 di Probolinggo

Harga peti jenazah sebelum terjadi pandemi Covid-19 paling mahal Rp500 ribu. Tapi setelah pandemi, harga tiap peti naik drastis, menjadi Rp1 juta.

Setelah pandemi muncul, angka kasus kematian di Desa Birit naik drastis dan persediaan peti di desa sering tidak mencukupi kebutuhan.

“Dalam pekan kemarin, warga yang meninggal sudah mencapai 10 orang [baik yang terpapar virus corona atau pun tidak]. Saat ini, kami cuman memiliki stok satu peti jenazah,” katanya.

Nama Sukadi moncer setelah fotonya tengah mengusung peti jenazah dengan sepeda motor dinas jenis Yamaha NMax viral di media sosial pada Senin (19/7/2021). Peti itu akan disumbangkan kepada warga yang meninggal dunia hari itu.

Untuk mendapatkan peti itu, Sukadi mencarinya sampai Kecamatan Kemalang.

“Guna mengakali kesulitan mencari peti jenazah, saya berdayakan warga untuk membikin peti sendiri. Warga bernama Sumeni itu memang tukang kayu. Saya minta untuk membikin peti jenazah. Seluruh bahan dan biaya pembuatan, saya yang menanggungnya. Itu sudah menjadi keinginan saya membantu warga. Saya ini pernah menjadi orang susah. Saya pernah jadi sopir truk pasir selama 4-5 tahun. Saya paham, orang yang sedang dilanda kesusahan. Makanya, saya harus membantu warga tersebut,” katanya.

REKOMENDASI

TERKINI