Suara.com - Influencer Yunita Kariman harus berberat hati karena melihat sang ayah, Kariman (74) meninggal dunia karena Covid-19. Sebelum tutup usia, Kariman sempat kesulitan mendapatkan penanganan medis karena tempat tidur yang tidak tersedia di rumah sakit.
Melalui akun Instagram @yunita.kariman, ia menceritakan pengalaman pahitnya saat sulit mencari rumah sakit. Awalnya ia menceritakan kalau sang ayah (Kariman) mulai demam tinggi disertai dengan batuk pada 19 Juni 2021.
Keesokan harinya, Kariman mengalami muntah-muntah dan diare. Kendati demikian kondisi mendiang sempat membaik meskipun masih sedikit batuk.
"Tanggal 23 gejala hanya tinggal batuk sedikit sehingga kami berpikir papa sudah sembuh," kata Yunita seperti dikutip Suara.com, Senin (26/7/2021).
Baca Juga: Cara Menyusui Bayi untuk Ibu Positif Covid-19 dan Tips Menyimpan ASIP
Pada hari-hari berikutnya gejala seperti demam, batuk, muntah atau diare pun sudah hilang. Namun, Kariman dikatakan Yunita, tidak bisa buang air besar.
Kariman mendadak tidak sadarkan diri pada 28 Juni 2021. Ketika dicek, saturasi oksigennya masih di angka 95.
Yunita dan keluarga pun langsung berusaha untuk menghubungi rumah sakit namun tidak ada yang tersedia. Mereka mencoba untuk menghubungi puskemas saat itu, tetapi pihak puskemas menyarakankan untuk tetap ke rumah sakit atau Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Keesokan harinya Yunita tetap belum mendapatkan rumah sakit. Disaat yang bersamaan, saturasi oksigen Kariman tiba-tiba turun ke 89.
"Napas sudah mulai dari mulut, perut ada kembang dan kempis. Masih belum dapat rumah sakit," ujarnya.
Baca Juga: Kasus Aktif Covid-19 Menurun, Anies: Sudah Tidak Ada Pasien di Selasar IGD
Tepat pada 30 Juni, akhirnya Yunita memutuskan untuk membawa sang ayah ke RSDC Wisma Atlet karena saturasi oksigennya yang terus menurun hingga 79.
Di sana, Yunita tidak langsung mendapatkan tempat tidur. Kariman juga sempat diperiksa oleh tenaga kesehatan di parkiran UGD.
Sementara dirinya diminta untuk mengurus ke bagian registrasi. Kariman tetap di dalam mobil sembari menunggu hasilnya.
"Pada pukul 21.40 WIB meski sudah di UGD, papa masih belum mendapatkan perawatan (seperti infus), kemudian saudara kami memberi kabar bahwa ada satu rumah sakit yang mau menerima papa," ungkapnya.
Kala itu pihak RSDC Wisma Atlet mengabarkan kalau Kariman harus segera dibawa ke ruang ICU. Sementara di sana kondisinya pun sudah penuh.
Alhasil, Kariman dibawa ke rumah sakit Husada sekitar pukul 22.28 WIB. Sedikit bernapas lega, Kariman bisa turun dari mobil untuk dipindah ke ruangan isolasi khusus Covid-19, tetapi bukan ICU.
Sebab ruangan ICU di sana pun penuh bahkan mengantre hingga 7 orang.
Tepat pada 1 Juli 2021, Yunita mendapat kabar kalau ada tempat tidur ICU yang tersedia bagi sang ayah. Kariman pun mendapatkan perawatan meski kondisinya terus menurun.
Meski sudah berjuang, Kariman akhirnya menghembuskan napas terakhir pada 4 Juli 2021.
Menurut informasi yang disampaikan Yunita, Kariman meninggal dunia dengan kondisi terpapar Covid-19 disertai penyakit hipertensi. Kariman dimakamkan di TPU Tegal Alur.
Memiliki pengalaman seperti itu membuat Yunita kini aktif memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan. Ia berharap tidak ada lagi yang mengalami kehilangan orang tercinta karena terpapar Covid-19.
"Aku punya pengalaman betapa susahnya mencarikan RS untuk keluarga yang terpapar Covid-19. Karena memang sekarang pasien banyak yang antre dan penuh. Harapannya dengan informasi kesehatan yang aku bagikan dapat menolong sesama di masa pandemi ini” katanya.