“Sempat ada secerah harapan itu. Eh ternyata diundur lagi. Ya sudah sekarang sudah pasrah,” ujar Norma.
Sementara itu, Supriatna pengelola kantin di SD Negeri di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan juga bernasib sama.
Pendapatannya kurang lebih Rp200 ribu setiap harinya juga hilang begitu saja bersamaan dengan ditiadakannya pembelajaran tatap muka di sekolah.
Kekinian untuk bertahan hidup dan membiayai ketiga anaknya, Supriatna hanya mengandalkan gajinya setiap bulan sebagai penjaga sekolah.
“Ya sudah itu saja (sumber pemasukan). Cukup enggak cukup. Ya dihemat-hemat saja,” ujarnya pasrah.
Bahkan demi bertahan hidup, Supriatna harus menjual lemari es yang menjadi modal utamanya berjualan.
“Ya saya jual, buat apa? Sekolah juga tidak buka, mending dijual duitnya bisa dipakai,” kata Supriatna.
Namun dengan adanya program bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah, Supriatna mengaku sangat terbantu.
“Lumayan dapat Rp300 ribu setiap bulan, bisa buat menutupi yang lain-lain,” ujarnya.
Baca Juga: Kemendikbudristek Luncurkan Program Guru Belajar dan Berbagi Seri Panduan Pembelajaran
Saat ini, baik Norma atau Supriatna hanya bisa berharap pandemi Covid-19 segera berakhir, sehingga sekolah dapat melangsungkan pembelajaran tatap muka kembali. Dengan begitu aktivitas ekonomi mereka yang terhenti selama satu tahun lebih dapat berjalan kembali.