Suara.com - Sejak dimulai awal tahun ini, program vaksinasi covid-19 di Indonesia masih terus dilakukan. Target satu juta vaksin sehari telah diperoleh dan kini pemerintah menaikkan target menuju dua juta vaksin sehari. Hal tersebut diperlukan agar Indonesia dapat mengakhiri pandemi covid-19 yang telah berlangsung cukup lama.
Ada beberapa vaksin Covid-19 yang telah mendapatkan izin penggunaan antara lain Sinovac dan Pfizer. Vaksin Sinovac telah lebih dulu digunakan dalam program vaksinasi di Indonesia. Sementara itu, pemerintah Indonesia kabarnya baru meneken kerjasama dengan Pfizer dan akan menerima 50 juta dosis. Namun, Kementerian Kesehatan berusaha bernegosiasi agar jumlah dosisnya ditambah.
Vaksin Sinovac sudah ramai digunakan oleh negara-negara di Asia. Sementara pfizer lebih sering digunakan oleh negara barat. Lantas, apa perbedaan keduanya? Berikut beberapa aspek perbedaan Sinovac dan Pfizer dirangkum dari berbagai sumber.
BEDA KANDUNGAN VAKSIN SINOVAC - PFIZER
Berbeda dengan vaksin pada umumnya yang mengandung virus hidup yang dilemahkan, Vaksin Sinovac justru mengandung virus yang sudah dimatikan. Selain itu, terkandung pula Aluminium hidroksida (booster), larutan fosfat (stabilizer) dan larutan garam natrium klorida (isotonis).
Sementara vaksin Pfizer mengandung bahan genetik yang disebut messenger RNA, atau mRNA. mRNA merupakan kode genetik yang memberi tahu sel cara membuat protein dan ditemukan di lapisan luar virus Corona baru.
MRNA kemudian menginstruksikan mekanisme seluler tubuh untuk membuat protein yang meniru protein virus, sehingga menghasilkan respons imun.
BEDA PENYIMPANAN VAKSIN SINOVAC - PFIZER
Baik Vaksin Sinovac maupun Pfizer butuh perlakuan lebih khusus. Keduanya harus disimpan dalam suhu rendah agar tidak rusak.
Baca Juga: Vaksin Pfizer: Kemanjuran Melawan Covid-19 hingga Efek Sampingnya
Vaksin COVID-19 buatan Sinovac diketahui bisa disimpan dalam suhu sekitar 2-8 derajat celsius.