Curhat Suami di Sulut soal Istrinya Meninggal Usai 10 Hari Disuntik Vaksin AstraZeneca

Reza Gunadha Suara.Com
Rabu, 21 Juli 2021 | 17:04 WIB
Curhat Suami di Sulut soal Istrinya Meninggal Usai 10 Hari Disuntik Vaksin AstraZeneca
ILUSTRASI - Dokter menunjukan vaksin COVID-19 Astra Zeneca dosis pertama, Selasa (8/6/2021). [Suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Juita Lydia Tiwa, ibu rumah tangga berusia 30 tahun di Desa Motoling Dua, Kecamatan Motoling, Kabupaten Minahasa Selatan,Sulawesi Utara, meninggal dunia seusai 10 hari menerima vaksin covid-19 merek AstraZeneca.

Michael Sigarlaki, suami Juita, menuturkan sang istri meninggal dunia Minggu 18 Juli. Sebelum meninggal, Juita demam, sakit kepala dan mual.

"Iya, dia sakit kepala, demam, dan mual, itu setelah mendapat vaksin," kata Michael seperti dikutip Suara.com dari Makassar.terkini.id, Rabu (21/7/2021).

Ia memberikan kesaksian, sebelum disuntiuk AstraZeneca, Juita adalah perempuan kuat dan tak ada riwayat pengakit dalam.

Baca Juga: Meninggal 10 Hari Usai Divaksin, Korban Alami Demam Sakit Kepala dan Mual

Tapi setelah mendapat vaksin AstraZeneca dosis pertama, Rabu (7/7) di Kantor Desa Motoling Dua, Juita demam, sakit kepala, dan mual-mual.

"Saya bisa pastikan istri saya tak punya riwayat penyakit. Tapi setelah divaksin, dia demam, sakit kepala dan mual-mual," kata dia.

Michael mengungkapkan, sesuai anjuran vaksinator, istri yang sudah memberikannya dua anak itu diberikan obat untuk meredakan gejala pasca-vaksin.

Karena tak kunjung reda gejala sakitnya setelah empat hari mendapat vaksin, Michael membawa istri ke puskesmas untuk diperiksa.

Pihak puskesmas lantas memberikan obat untuk diminumkan ke Juita dan menganjurkan perempuan itu beristirahat total serta banyak makan untuk pulij.

Baca Juga: Hari Raya Idul Adha, Honda DAW Memberikan Bantuan ke Panti Asuhan di Sulawesi Utara

"Tidak ada rujukan, meski tensi darah istri saya ketika itu di angka 70 per 40," kata dia.

Karena tak ada perubahan, Juita kembali dibawa ke pusmesmas, Sabtu 17 Juli. Sama seperti kunjungan pertama, tidak ada rujukan dan hanya diberikan vitamin.

"Esok harinya, Minggu, kondisi istri saya drop. Saya langsung bawa di menuju Rumah Sakit Cantia di Desa Tompaso Baru. Di sana diobservasi, HB istri saya tinggal 2,4. Jadi dirujuk ke RSUP Kandouw Manado. Tapi di perjalanan, Juita meninggal," kata Michael.

Michael menuturkan, dirinya adalah pendukung program vaksinasi covid-19 oleh pemerintah.

Tapi, Michael menegaskan menyesalkan pemerintah dan pihak terkait tak responsif serta memberikan pemahaman kepada warga bila ada gejala sakit pasca-vaksin.

"Saya berharap kejadian yang menimpa istri saya tidak lagi terjadi di tempat-tempat lain," harap Michael.

Sementara Satuan Tugas Penanganan Covid-10 Sulut mengakui belum mengetahui kasus tersebut.

"Kalau ada kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI), prosedurnya harus ada laporan data valid. Kami perlu waktu untuk menginvestigasi kalau ada kejadian," kata Merry Pasorong, anggota Satgas Penanganan Covid-19 Sulut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI