Pelan Pelan Kita Mati, Lelucon Pahit Warga Miskin di Tengah PPKM Darurat

Reza GunadhaABC Suara.Com
Rabu, 21 Juli 2021 | 13:48 WIB
Pelan Pelan Kita Mati, Lelucon Pahit Warga Miskin di Tengah PPKM Darurat
ILUSTRASI - Pedagang di Pasar Tradisional mengamuk karena dilarang berjualan saat PPKM [SuaraSulsel.id / Istimewa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Saya tidak bisa menyalahkan rumah sakit karena persediaannya langka," katanya. "Tapi cukup mengerikan melihat saudara saya kesulitan bernapas."

anak muara baru Image: Anak-anak bermain di gang sempit daerah Muara Baru di Jakarta Utara, di tengah pandemi COVID-19. REUTERS: Willy Kurniawan

Diminta oleh staf rumah sakit untuk membeli enam botol remdesivir, obat yang menghambat virus SARS-CoV-2, keluarga Irna berhasil menemukan dua botol, sebagian berkat sepupunya yang kebetulan seorang dokter.

"Kami masih mencari empat botol lagi. Tapi pada pukul 10 pagi, rumah sakit menelepon ibu saya dan menyampaikan kabar bahwa saudara saya sudah meninggal," papar Irna.

'Jangan sampai sakit'

Evi Mariani, seorang pengelola laman berita daring, juga mengalami cobaan berat selama seminggu setelah saturasi oksigen ayahnya yang terinfeksi covid-19, Ijan Sofian, anjlok.

Butuh waktu lima hari bagi Ijan untuk dirawat di rumahsakit. Dia meninggal dua hari kemudian.

"Saya harus mengakui bahwa kami mendapatkan kamar rumah sakit untuk ayah melalui jaringan kerabat," ujarnya.

"Kami bukan orang kaya, tapi masih bisa mendapatkannya melalui mekanisme pasar. Untuk orang miskin? Ini situasi yang sangat menyedihkan karena mereka tidak punya uang dan jaringan," kata Evi.

Dengan ancaman virus yang beredar di gang-gang sempit dan pengap di daerah Muara Baru, Herdayati mengaku hanya bisa mengikuti saran tetangganya:

"Jangan sampai sakit, Bu. Jangan sakit."

Baca Juga: Tolak PPKM Darurat, Ojol dan Pemuda Bandung Minta Koruptor Bansos Dihukum Mati

REUTERS

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI