Pelan Pelan Kita Mati, Lelucon Pahit Warga Miskin di Tengah PPKM Darurat

Reza GunadhaABC Suara.Com
Rabu, 21 Juli 2021 | 13:48 WIB
Pelan Pelan Kita Mati, Lelucon Pahit Warga Miskin di Tengah PPKM Darurat
ILUSTRASI - Pedagang di Pasar Tradisional mengamuk karena dilarang berjualan saat PPKM [SuaraSulsel.id / Istimewa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Ketika tiga dari keluarga beranggota delapan orang di desanya meninggal dalam tempo 10 hari, Wahyudi dan timnya berusaha keras mengusahakan perawatan untuk kepala keluarga itu, Muji.

"Apa pun caranya, Pak Muji harus bertahan," katanya.

Setelah ditolak dari enam rumah sakit, akhirnya mereka mendapat jaminan tempat tidur untuk Muji keesokan harinya. Tapi sebelum sampai di sana, Muji telah meninggal dunia.

"Hati kami semua hancur," ujar Wahyudi.

Sekarang bergulat dengan 500 kasus aktif di desanya, ia telah mendirikan tempat penampungan agar dapat mengisolasi mereka yang telah terinfeksi.

Sejumlah pejabat, pekerja sosial dan keluarga korban menjelaskan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka yang memiliki uang, koneksi, dan keberuntungan memiliki harapan terbaik untuk mendapatkan bantuan medis.

Namun demikian, karena biasanya memakan waktu berhari-hari, pencarian bantuan medis seringkali berakhir tragis.

Hal inilah yang dialami Irna Nurfendiani Putri (32), seorang pekerja di bidang teknologi informasi, yang sempat berburu tempat tidur rumah sakit di Jakarta untuk saudaranya, Rachmat Bosscha (44).

"Dua orang meninggal dalam selang waktu 30 menit," katanya. "Kemudian saudara saya dipindahkan ke tempat tidur mereka."

Baca Juga: Tolak PPKM Darurat, Ojol dan Pemuda Bandung Minta Koruptor Bansos Dihukum Mati

Akibat ruang perawatan intensif (ICU) yang penuh dan persediaan oksigen rumah sakit yang terus habis, Irna harus berulangkali memasangkan oksigen ke saudaranya dari tangki portabel yang mereka bawa sendiri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI