Kisah Pemulung Bantar Gebang Melawan Corona, Bergelut dengan Sampah untuk Mencari Nafkah

Rabu, 21 Juli 2021 | 11:49 WIB
Kisah Pemulung Bantar Gebang Melawan Corona, Bergelut dengan Sampah untuk Mencari Nafkah
Pemulung di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. (Suara.com/Bagaskara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyebaran Covid-19 di Indonesia akhir-akhir ini makin mengganas, terlebih munculnya berbagai varian baru membuat virus tersebut semakin mematikan. Kesehatan para warga terutama yang melakukan aktivitasnya di lapangan keluar rumah pun mengkhawatirkan.

Seperti salah satunya aktivitas para pemulung di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. Mereka terpaksa mencari nafkah bergelut dengan ancaman penyakit setiap harinya.

Suara.com coba mendengar langsung keluh kesah dari para pemulung di TPST Bantar Gebang pada Rabu (21/7/2021). Mulai pukul 09.00 WIB, tampak terlihat aktivitas para pemulung sibuk memungut sampah-sampah yang layak untuk dirupiahkan.

Dengan menggendong keranjang, membawa pancung, memakai topi caping di bawah terik matahari mereka terlihat teliti mengorek-ngorek di tengah gunungan sampah yang kebanyakan dari DKI Jakarta tersebut.

Baca Juga: Palembang Masih Mempertimbangkan Penerapan PPKM Darurat

Dede (29) misalnya, salah satu pemulung mau berbagi keluh kesahnya kepada Suara.com. Ia mengaku sudah menjadi pemulung sejak usianya menginjak 20 tahun. Sehari-hari Dede memulung sampah-sampah plastik untuk dijual kembali.

TPST Bantar Gebang Bekasi. [Antara]
TPST Bantar Gebang Bekasi. [Antara]

"Awalnya mah kemari pengin tahu bagaimana sih cara orang-orang pemulung ini bekerja untuk menghasilkan uang itu bagaimana caranya," kata Dede.

Dari keinginan tahuannya tersebut akhirnya salah satu teman Dede yang lebih dulu menjadi pemulung mengajaknya untuk bekerja. Ia pun mengaku senang.

Lambat laun Dede kemudian tekun menjadi pemulung. Hingga awal tahun 2020 semenjak corona melanda Indonesia Dede beserta para pemulung lainnya mengaku mulai diselimuti kekhawatiran ikut terpapar virus asal Wuhan, China tersebut.

"Khawatir jelas, namanya juga kerja kita sehari-hari ketemunya sampah," ungkapnya.

Baca Juga: Tambah Dua Orang, Kasus Kematian Pasien Covid-19 di Rejang Lebong Jadi 34 Jiwa

Soal bau menyengat, ia mengaku sudah kebal. Namun urusan terpapar corona dia bilang masih belum bisa berkompromi akan hal tersebut.

"Alhamdulillah, kalau kesehatan di sini kalau kita nggak bisa jaga-jaga pribadi gitu intinya mah bisa juga (terpapar)," tuturnya.

Kendati begitu, Dede beserta para pemulung lainnya mengaku mau tak mau harus berdamai dengan rasa ketakutannya akan corona. Ia mengatakan, urusan dapur harus tetap ngebul.

"Akhirnya mau nggak mau dari pada kita nggak makan. Terus ibaratnya nggak ada kerjaan juga kan," kata dia.

Lebih lanjut, Dede menyampaikan, kesehatan para pemulung di Bantar Gebang masih terjaga. Menurutnya, sejauh ini belum ada yang sampai terpapar covid termasuk dirinya pribadi.

"Cuman ada satu dua yang meriang. Mungkin meriang-meriang kecapean meriang urat terus diurut terus dia minum obat anti linu segala macam ya alhamdulillah sembuh," tuturnya.

Sementara soal siasat menjaga kesehatan, Dede pribadi rajin mengonsumsi air putih. Ia yakin dirinya tetap bisa fit meski bergelut dengan sampah dengan cara banyak mengonsumsi air putih.

"Kita rajin-rajin minum air putih aja di sini jangan telat makan insyallah. Karena saya masker stand by bila mana keluar dari daerah sini saya pakai masker masuk pabrik pun saya pakai masker," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI