Waluh tersebut masih berwarna hijau sehingga dibiarkan oleh sang ibu hingga matang dan berubah warna menjadi oranye.
“Alhamdulillah punya waluh. Bisa untuk nyumbang takjil orang tadarus. Sedih, ndak pernah kasih apa-apa untuk orang ngaji," twitnya mengenang perkataan ibunya.
Sang ibu merasa bahagia karena setelah sekian lama ia dapat memberikan hidangan makanan untuk orang-orang yang yang mengaji di masjid. Sebelumnya, ia bahkan tidak memiliki uang untuk membeli bahan makanan.
Waluh tersebut akhirnya disimpan selama dua bulan sampai matang. Seusai matang, labu tersebut dibuat menjadi makanan labu kukus.
Awalnya, sang ibu ingin memasak kolak, namun ia tidak memiliki biaya untuk membeli bahan-bahannya seperti kelapa dan gula.
"Pas hari itu waluh kukus makku ditaruh, makku pesan gini, 'Wadahnya nanti dibawa pulang ya, enteng kok gak ada isinya'. Makku senang, bangga, percaya diri waluhnya bakal habis dimakan anak-anak," tulisnya.
Waluh tak dimakan
Namun, kenyataan tidak sesuai dengan ekspektasi. Makanan yang ia bawa hanya dimakan oleh satu sampai dua orang anak.
Padahal, waluh yang dibawa adalah seember penuh. Jumlah anak yang ikut tadarus ada sekitar belasan orang.
Baca Juga: Viral Pandemi Membuat Satu Keluarga Diusir dari Kontrakan, Kini Tidur di Jalanan
Diceritanya, ada satu anak bernama Yati yang hanya menyentuh makanan tersebut menggunakan ujung jarinya seperti merasa jijik.