Suara.com - Senin itu, terik matahari membuat suasana di Taman Pemakaman Umum atau TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara berasa gersang. Matahari begitu terik, tepat pukul 12.00 WIB.
Panasnya cuaca membuat debu mengepul terempas kala sejumlah mobil ambulan melintas silih berganti mengantarkan jenazah Covid-19 untuk dimakamkan.
"Sampai saat ini baru 30 puluh jenazah yang masuk," ujar Saif, salah satu petugas administrasi TPU Rorotan saat ditemui Suara.com, Senin (19/7/2021).
Diketahui, TPU Rorotan saat ini menampung seluruh jenazah Covid-19 di DKI Jakarta, semenjak kompleks pemakaman di lokasi lain tidak mampu menampung lagi.
Saif menuturkan, jumlah jenazah yang dimakamkan di TPU Rorotan telah menurun dalam tiga hari terakhir ini. Angkanya berada di bawah 100 jenazah.
Berbeda saat sebelumnya, TPU Rorotan bisa kedatangan lebih dari 100 jasad Covid-19 setiap harinya. Bahkan tak jarang mencapai angka 200.
Suara.com kemudian bergeser ke lokasi pemakaman. Lubang-lubang liang lahat tampak menganga telah menanti jasad untuk dikuburkan. Ada sekitar tiga peti jenazah yang baru diturunkan dari dalam mobil ambulans.
“Salah satunya itu keluarga saya, kemarin sempat dirawat di rumah sakit selama enam hari, namun karena sudah usia lanjut, jadi tidak tertolong,” kata seorang pria dari keluarga jenazah yang baru diturunkan itu.
Ketiga jenazah itu pun dipersiapkan untuk dimakamkan. Setelah memastikan perwakilan keluarganya berkumpul di dekat lubang makam, satu per satu peti diturunkan menggunakan tali tambang.
Isak tangis para keluarga pecah, mengiringi jenazah diturunkan ke liang lahat. Di bawah terik mentari, terlihat mereka saling berpelukan untuk saling menguatkan.
Teriknya sinar matahari sudah tidak lagi mereka rasakan, terkalahkan rasa kehilangan yang mendalam.
Sesaat peti tiba di liang lahat, perwakilan masing-masing keluarga mengambil tempat di tepi lubang pekuburan. Suara azan mereka kumandangkan, sebelum eskavalator yang sedari tadi menunggu untuk menimbunkan tanah.
Saat tanah mulai ditimbunkan, suara tangisan kembali pecah. Suasana TPU yang gersang, nyatanya tidak membuat air mata keluarga yang ditinggalkan mengering. Rasa duka dan kehilangan terlalu sulit untuk mereka tahan.
Belum usai prosesi pemakaman itu, para keluarga masih melantunkan bacaan ayat suci dan doa-doa, beberapa jenazah kembali diturunkan dari ambulans yang baru datang. Untung, sudah ada beberapa makam yang telah digali.
Semenjak tingginya angka kematian kasus Covid-19 di wilayah di Jakarta, penggalian lubang pekuburan di TPU Rorotan tidak lagi menggunakan tenaga manusia, melainkan digantikan dengan alat berat. Setidaknya ada sekitar 22 eskavator dikerahkan.
Rian, salah satu pengemudi eskavator mengatakan, dalam beberapa waktu terakhir ini tugasnya semakin berat, bersamaan dengan kasus Covid-19 yang meningkat di kawasan DKI Jakarta.
Bayangkan saja, untuk satu kali tugas dia bersama rekannya, masing-masing dapat menggali sekitar 60 petak kuburan setiap hari.
Karena tingginya kasus kematian Covid-19 pada saat itu, puluhan makam yang mereka gali langsung terisi dengan jenazah.
Padahal, saat angka Covid-19 melandai, mereka hanya perlu menggali sekitar 20 makam setiap hari. Itu pun tidak langsung terisi dengan jenazah.
Rian pun mengaku sudah sangat kelelahan, namun karena pekerjaan, harus dijalankannya.
Baca Juga: Lebih dari 200 Gejala Long Covid Ditemukan, Ini yang Paling Sering Dikeluhkan
“Kalau dibilang capek, ya capek. Apalagi kalau panas,” ucap dia.
Tak jarang, dia juga terbawa suasana, ketika menimbunkan tanah ke lubang makam yang telah terisi jenazah. Pada detik-detik itu Rian menyaksikan isak tangis pelayat pecah, saat tanah mulai didorong eskavator yang dikendarainya.
Bersyukur, dalam beberapa hari ini, Rian mengaku jenazah yang datang ke TPU Rorotan sudah mulai berkurang, berada di bawah angka 100. Pada Senin (19/7) ini saja, jumlah lubang kuburan yang mereka gali sekitar 90 makam.
Riang sangat berharap jumlah itu terus berkurang setiap harinya, sehingga tidak perlu lagi menggali makam bagi jenazah Covid-19. Oleh karenanya, dia meminta agar masyarakat menaati protokol kesehatan, guna memutus rantai penularannya.
“Jaga kesehatanlah, patuhi protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah. Itu sangat penting,” imbuh Rian.