Kisah Ibu Rumah Tangga Relawan Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19

Siswanto Suara.Com
Senin, 19 Juli 2021 | 11:31 WIB
Kisah Ibu Rumah Tangga Relawan Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19
Ilustrasi pemakaman [DOKUMENTASI PRIBADI]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ari Triastutik terpanggil menjadi petugas pemakaman jenazah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang bertugas di TPU Keputih, Surabaya, Jawa Timur. Perempuan ini menceritakan pengalamannya kepada jurnalis Bloktuban.com.

Pada waktu ditelepon jurnalis pada hari Sabtu (17/7/2021), sekitar pukul 18.00 WIB, Ari mengatakan baru saja memakamkan jenazah.

Jam kerja Ari sebenarnya hanya 12 jam per hari. Akan tetapi, pada kenyataannya seringkali melebihi waktu yang ditentukan.

“Normalnya saya bekerja 12 jam. Tapi meskipun malam sudah pulang ke rumah, pihak rumah sakit dan teman-teman biasanya menghubungi saya, jadinya ya lebih dari 24 jam, sudah tidak mengenal waktu kalau seperti ini,” kata Ari.

Baca Juga: Sembuh dari Covid-19, Plt Jubir KPK Ali Fikri Kembali Bekerja Hari Ini

Setiap hari, Ari dan rekan-rekannya bisa memakamkan puluhan jenazah.

Ari seorang ibu rumah tangga. Dia punya anak. Dia tetap berusaha memenuhi tanggungjawab sebagai ibu rumah tangga, seperti memasak dan mengurus anak. Dia bersyukur keluarganya mendukung.

Di rumah, telepon genggam hampir tak pernah jauh darinya. Dia mengatakan telepon dari rumah sakit atau rekan-rekannya bisa sewaktu-waktu datang.

“Bahkan, pernah waktu saya mandi ada telepon, ya mau bagaimana lagi, itu tugas saya,” kata Ari.

Pernah takut

Baca Juga: Heboh! Pria Ini Gunakan PCR Milik Istrinya Yang Negatif, Pas Diperiksa Ternyata Covid-19

Pada awal-awal bekerja di pemakaman, Ari mengaku merasakan takut. Bukan takut pada pemakaman, melainkan pada Covid-19 yang bisa menular kapan saja.

Ketakutan itu seringkali menghinggapi ketika hendak berangkat ke pemakaman.

“Kalau nggak berangkat, ya gimana ini tugas saya. Tapi mungkin itu manusiawi ada rasa takutnya, ada rasa khawatir tertular dan sebagainya, tapi akhirnya ya tetap berangkat dan terus bertugas hingga saat ini,” katanya.

Untuk memantapkan jiwa melayani, Ari selalu berdoa dan tak pernah melupakan protokol kesehatan, terutama minum vitamin.

“Kalau malam-malam ada yang telepon, saya usahakan selalu salat malam dan memohon kesehatan kepada Gusti Allah, itu saja yang terus saya lakukan,” kata Ari.

Ingin membantu

Pengalaman menjadi petugas pemakaman juga diceritakan Gideon Kristian Prasetya dari Relawan Surabaya.

“Saya gabung karena ingin benar-benar membantu. Kalau bukan kita siapa lagi, apalagi kalau lihat berita dan faktanya memang banyak tenaga medis yang bertumbangan,” kata Gideon.

Awal-awal bertugas, Gideon kaget karena langsung menangani banyak jenazah.

Tugasnya mulai dari mengangkat jenazah, memandikan hingga mengkafani.

Setiap hari menangani jenazah membuat Gideon semakin tersadar betapa bahaya penyebaran Covid-19.

Dia juga melihat banyak tenaga kesehatan terpapar dan sebagian meninggal dunia. Banyak warga juga mengalami hal yang sama.

Gideon semakin mantap untuk berada di garis pelayanan.

“Kita happy aja, karena kita benar-benar ikhlas tulus membantu apalagi menjadi relawan. untuk jumlahnya itu per hari ada tiga shift, satu shiftnya 8 jam,” kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI