Nasib Sopir Penyintas Covid-19: Sembuh Bukan jadi Kabar Baik Buat Sang Majikan

Jum'at, 16 Juli 2021 | 21:42 WIB
Nasib Sopir Penyintas Covid-19: Sembuh Bukan jadi Kabar Baik Buat Sang Majikan
Ilustrasi--Pasien Covid-19 saat menjalani isolasi di sebuah rumah sakit di Jakarta. Cerita sopir penyintas Covid-19 dipecat majikannya. [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - ‘Sudah jatuh, tertimpa tangga pula.’ Pepatah itu benar-benar menggambarkan keadaan Herlambang (bukan nama sebenarnya) pasien Covid-19 di Jakarta. Setelah berjuang melawan virus Covid-19, dan dinyatakan sembuh, lantas tak membuat cobaan hidup penyintas Covid-19 ini berhenti.

Minggu lalu, saat masih berada di tempat isolasi yang dikelola Pemprov DKI, Herlambang harus menerima kenyataan pahit. Pemuda itu tiba-tiba dipecat sebagai sopir pribadi dari keluarga pasangan suami istri pengusaha. 

Herlambang pun bingung alasan dirinya dipecat, awalnya dia menduga pemecatan secara sepihak itu karena sang majikan tidak bisa menunggu, selama dirinya menjalani isolasi. 

Namun belakangan, berdasarkan kabar yang diterimanya dari seorang temannya yang juga bekerja dengan atasannya itu, ada kekhawatiran Herlambang bisa menularkan virus Covid-19. 

Baca Juga: Update COVID-19 Jakarta 16 Juli: Positif 12.415, Sembuh 8.452, Meninggal 102

“Cerita yang saya dengar dari teman saya. Katanya dia (bosnya) sudah parnoan (khawatir) sudah ketakutan, kalau saya Covid biar kata sudah negatif, dia masih parno. Kata teman saya sih gitu. Cuma dia ngomong seperti itu benar atau tidak ,” kata Herlambang saat berbincang dengan Suara.com melalui sambungan telepon, Jumat (16/7/2021). 

Kata Herlambang, atasannya memiliki ketakutan yang besar tentang Covid-19. 

“Orang saya, batuk dikit, batuk dikit disuruh swab terus sama dia. Dari dulu sejak saya pertama kali kerja sama dia (bosnya),” kata Herlambang.

Dipecat Majikan usai Sembuh Covid

Peristiwa pemecatan berawal setelah Herlambang dinyatakan sembuh. Dengan perasaan gembira, Herlambang pun lantas memberikan kabar baik kepada majikannya sekaligus menanyakan kapan dirinya bisa kembali bekerja. 

Baca Juga: Bukan Atas Dasar Ilmiah, Ini Alasan Ada Vaksinasi Dosis Ketiga untuk Nakes

“Saya bilang, ‘Bu saya Alhamdulillah sudah baikkan, kayaknya beberapa hari lagi sudah bisa pulang. Nanti saya tes lagi, kalau negatif saya sudah bisa masuk belum bu?" kata dia mengingat pesan yang dikirimkannya kepada majikannya.

Namun, jawaban dari bosnya di luar dugaannya. Kabar buruk pun mulai datang kepada Herlambang bak tersambar petir di siang bolong.

“Jadi bos saya bilang gini, ‘Oh iya Mohon maaf Herlambang, bapak sudah  dapat sopir pengganti, jadi kamu, mau enggak mau harus sampai di sini saja’, dia ngomong gitu,” katanya mengulang pernyataan bosnya tersebut. 

Seketika, keinginannya untuk bekerja kembali sirna. Bingung dan campur aduk dirasakan oleh penyintas Covid-19 itu. 

“Wah itu, saya bingung mau ngomong apa kan,” ujarnya. 

Pasien COVID-19 memakai alat bantu oksigen menunggu untuk mendapatkan tempat tidur perawatan di IGD RSUD Cengkareng, Jakarta, Rabu (23/6/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Ilustrasi--Sejumlah pasien COVID-19 sedang mengantre mendapatkan perawatan di rumah sakit. [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Dibentak-bentak Tanya Pesangon

Pada saat itu, Herlambang berusaha menanyakan alasan pemecatannya, sekaligus bertanya apakah dia mendapatkan uang pesangon. Meski diakuinya, tidak memiliki perjanjian hitam di atas putih dengan bosnya terkait statusnya sebagai sopir pribadi. 

“Saya tanya lagi kan, ‘Ini saya hanya nanya saja bu, inikan ibu yang memperhentikan saya. Saya juga kan diperhentikan karena sakit, bukan karena saya membuat kesalahan. Ini saya dapat pesangon nggak bu?” ujar Herlambang. 

Namun, respons dari bosnya itu di luar dugaan pemuda tersebut. Sang majikan justru memaki-maki Herlambang saat menanyakan soal uang pesangon. 

“Dia malah marah-marah ke saya. ‘Jangan  gila kamu, gini-gini,’ kata dia gitu. Ya sudah, mau bagaimana lagi, akhirnya saya berhenti (dipecat),” kata Herlambang pasrah. 

Pengakuannya, dia telah bekerja sekitar tiga bulan dengan bosnya tersebut. Dia mengklaim selama bekerja tidak pernah membuat kesalahan yang fatal. 

“Palingan kayak kesalahan-kesalahan kecil. Mobil kotor dikit doang. Kalau kesalahan fatal kayak mencuri, barang hilang itu enggak pernah,” kata Herlambang. 

Tulang Punggung Keluarga 

Herlambang pun bingung harus melanjutkan hidup. Meski belum menikah, dia dan adiknya merupakan tulang punggung keluarga. 

Ibunya hanya ibu rumah tangga, sedangkan ayahnya  sakit-sakitan karena terkena diabetes dan sudah tidak bekerja lagi.  Padahal bosnya juga  mengetahui posisinya yang menjadi tulang punggung keluarga. 

Kekinian Herlambang kembali menjalani aktivitas sebelumnya, yakni menjual ikan hias kecil-kecilan, sambil mencari pekerjaan yang lebih layak.

Meskipun diakuinya, penghasilannya dari menjual ikan hias tak cukup untuk membiayai kehidupan mereka.

Satu keluarga positif COVID-19 di Cipayung, Jakarta Timur. Sehingga 1 RW lockdown. (Antara)
Ilustrasi--Satu keluarga positif COVID-19. (Antara)

“Daripada tidak ada pemasukan,” imbuhnya. 

Di samping itu, Herlambang pun merasa iba kepada adiknya. Sebab, setelah menganggur, adiknya harus sendirian  yang mencari nafkah untuk keluarganya. 

Sekeluarga Positif Covid-19

Kata Herlambang, saat terkonfirmasi Covid-19 pada pertengahan bulan lalu, yang terkena bukan hanya dirinya, namun seluruh anggota keluarganya. Saat itu, mereka harus dievakuasi ke tempat isolasi berbeda di Jakarta. 

Menjalani isolasi, mereka harus terpisah dari ayahnya, sebab  memiliki penyakit diabetes, sehingga harus mendapatkan penanganan yang lebih intensif. 

Sementara dia bersama ibu dan adiknya hanya mengalami gejala ringan, namun harus tetap menjalani isolasi  di tempat yang berjarak cukup jauh dari ayahnya. 

Kekinian mereka bertiga telah kembali ke rumah, kecuali ayahnya. Kata Herlambang kondisinya jauh lebih baik, sehingga hanya menunggu beberapa hari lagi untuk pulang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI