Temuan Ratusan Kuburan Anak-anak Tanpa Nama, Ungkap Tragedi Mengerikan di Asrama Gereja

Bangun Santoso Suara.Com
Jum'at, 16 Juli 2021 | 11:24 WIB
Temuan Ratusan Kuburan Anak-anak Tanpa Nama, Ungkap Tragedi Mengerikan di Asrama Gereja
Sepatu anak-anak dan mainan terlihat di tempat peringatan di depan bekas Kamloops Indian Residential School setelah jasad 215 anak, yang beberapa di antaranya berusia tiga tahun, ditemukan di lokasi minggu lalu, di Kamloops, British Columbia, Kanada, Senin (31/5/2021). REUTERS/Dennis Owen/rwa/cfo
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tulang rusuk remaja, gigi, dan kesaksian para penyintas memberi petunjuk tentang lokasi kuburan tak bertanda anak-anak di bekas sekolah asrama Kanada, kata para peneliti, Kamis (15/7/2021).

Penemuan dan kesaksian itu menggambarkan bahwa anak-anak diseret dari tempat tidur mereka di tengah malam untuk menggali kuburan di sebuah kebun apel, kata mereka.

Sarah Beaulieu, seorang spesialis radar penembus tanah dari University of the Fraser Valley, melakukan pencarian pada Mei di situs bekas Sekolah Asrama Indian Kamloops di British Columbia.

Pencarian itu mengarah pada penemuan sekitar 200 kuburan tak bertanda yang diduga merupakan makam anak-anak, yang beberapa di antaranya anak-anak berusia 3 tahun, yang menggemparkan publik.

Baca Juga: Kanada Dilanda Cuaca Panas Ekstrem, 719 Orang Tewas dan Lebih dari 100 Hutan Terbakar

Beaulieu mengatakan pencariannya hanya mencakup hampir satu hektar dari situs seluas 65 hektar.

"Penyelidikan ini baru di permukaan," katanya kepada wartawan dalam pengarahan teknis mendalam pertama tentang penemuan itu.

Kuburan yang diduga makam anak-anak itu relatif dangkal --antara 0,7 dan 0,8 meter di bawah permukaan-- sejalan dengan laporan bahwa anak-anak terpaksa menggalinya, kata Beaulieu.

Mulai 1831 dan belakangan pada 1996, sistem sekolah asrama Kanada secara paksa memisahkan anak-anak pribumi dari keluarga mereka, menjadikan mereka kekurangan gizi dan mengalami pelecehan fisik dan seksual. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Kanada pada 2015 menyebut perlakuan itu sebagai "genosida budaya."

Orang-orang yang selamat dari tragedi itu dan berbicara dengan Reuters mengingat kelaparan terus-menerus dan kesepian yang menghantui. Mereka ingat betapa sekolah-sekolah berada di bawah ancaman dan kerap mengalami penggunaan kekerasan.

Baca Juga: Panas Ekstrem, Ratusan Orang di Kanada Mati Mendadak

Kepala Tk'emlupste Secwepems First Nation Rosanne Casimir, yang mengungkapkan penemuan itu bulan Mei, pada Kamis mengulangi seruan kepada pemerintah Kanada dan Oblat Katolik Roma Maria Tak Bernoda --yang mengelola sekolah tersebut-- untuk merilis catatan yang akan memungkinkan lembaganya untuk mengidentifikasi jasad anak-anak itu.

Oblat Maria Tak Bernoda telah mengatakan kepada Reuters bahwa mereka menyediakan semua catatan kecuali Codex Historicus, atau catatan harian, yang sedang didigitalkan, dan catatan personel, yang sedang dicari panduan hukumnya.

Beaulieu mengatakan berita tentang anak-anak yang meninggal di lembaga asimilasi kejam yang dijalankan oleh gereja-gereja atas nama pemerintah Kanada itu bukanlah hal baru dan sudah diketahui selama beberapa generasi.

Pernah menjadi sekolah asrama terbesar di Kanada, sekolah Kamloops beroperasi dari 1890 hingga 1978 dan pada suatu waktu memiliki sebanyak 500 siswa.

Penemuan kuburan itu mengguncang Kanada, mendorong pencarian di tempat lain dilakukan dan memaksa masyarakat Kanada untuk menentang perlakuan genosida di negara mereka terhadap masyarakat adat.

Sejak itu, penemuan serupa telah diumumkan di Cowessess First Nation di Saskatchewan dan dekat Cranbrook, British Columbia, di antara lokasi-lokasi lain.

Sementara pemerintah Kanada dan beberapa uskup Kanada telah meminta maaf, tidak ada permintaan maaf dari paus, terlepas dari peran penting yang dimainkan Gereja Katolik di sekolah-sekolah yang sebagian besar dikelola gereja itu. (Sumber: Antara/Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI