Suara.com - Sebuah foto beredar di media sosial memperlihatkan tulisan banner di sebuah angkringan.
Tulisan tersebut seakan menjadi jeritan hati pedagang angkringan saat PPKM Darurat.
Selama PPKM Darurat, sejumlah pedagang dan warung harus mengikuti aturan.
Para pedagang harus tutup pada pukul 20.00 WIB selama PPKM Darurat diberlakukan.
Baca Juga: Pekerja Kritikal Bebas Lewat Penyekatan Kalimalang di Atas Pukul 10.00 WIB
Hal ini membuat pedagang dan pemilik warung merasa rugi karena pemasukan berkurang.
Ditambah, belakangan ini banyak peristiwa yang memperlihatkan bentrokan antara pedagang dan petugas.
Sebuah banner di angkringan mendadak viral lantaran isi tulisannya.
Tulisan Banner Angkringan
Dalam foto yang diunggah oleh akun Twitter @jogmfs, terlihat banner angkringan yang berisi soal keluhan pedagang.
Baca Juga: Haru, Anak Menyamar Jadi Pembeli Sate Ayahnya Saat Pulang Setelah 2 Tahun di Dubai
Tulisan tersebut berisi keluhan pedagang yang saat ini berjuang melawan covid-19.
Tak hanya itu, dalam tulisan tersebut tertulis bahwa pedagang angkringan seperti sedang berjualan diri lantaran takut dengan adanya razia.
"Ya Allah, saya kelaparan harus berjuang melawan covid-19. Ya Tuhan, jualan kopi aja kaya open BO, takut sama patroli. Dari kami, beban keluarga," demikian tulisan banner angkringan itu, dikutip Suara.com.
Tulisan tersebut bagaikan jeritan hati para pedagang yang selama ini was-was apabila ada razia.
Padahal, mereka sedang tidak berjualan barang-barang yang dilanggar oleh negara.
Jeritan Pedagang
Dilansir Suaraindonesia.co.id--jaringan Suara.com, tulisan banner itu milik seorang pedagang angkringan di Kabupaten Ponorogo.
Seorang pemilik angkringa, Yoga Atmajaya (31) mengatakan, angkringannya buka dari jam 5 sore dan tutup jam 8 malam selama PPKM darurat ini.
"Ya tentu dengan waktu sesingkat itu, omzet jualannya turun drastis hingga 75% selama PPKM Darurat ini," jelasnya saat dikonfirmasi wartawan, Senin (12/7/2021).
Dirinya mengaku semalam hanya meraup uang (kotor) kurang lebih Rp 200 ribu. Karena memang hanya membawa jajanan sedikit. Selain itu, ada 7 orang biasanya yang titip jajanan ke angkringan ini, sekarang hanya 2 orang saja.
"Karena sepi, terpaksa saya juga meliburkan karyawan yang biasanya membantu dan digaji Rp 50 ribu semalam. Saya liburkan karena tak mencukupi hasilnya jika menyewa pembantu," imbuhnya.
Dia mengaku takut akan covid-19. Namun, keadaan memaksanya untuk terus mencari uang agar bisa memberi makan keluarganya.
"Sebenarnya saya juga takut covid-19, namun saya lebih takut pada Allah dan orang tua. Saya hanya khawatir tidak bisa memberi makan keluarga. Termasuk ibu, istri, anak dan kakek nenek," jelasnya.
Dirinya mengaku takut kelaparan daripada wabah penyakit yang tidak jelas ini.
"Kalau tak kerja bingung sekeluarga besok makan apa. Masa iya hanya makan jajanan sisa berjualan angkringan terus," pungkasnya.