Ribuan warga Kuba bergabung dalam aksi demonstrasi di seluruh penjuru Kuba mulai hari Minggu (11/7) untuk memprotes krisis ekonomi dan penanganan pandemi. Beberapa demonstran juga ada yang menyerukan diakhirinya komunisme.
Perusahaan pemantau internet global, NetBlocks melaporkan jika akses media sosial seperti Facebook, Instagram, WhatsApp dan Telegram, diblokir oleh pihak berwenang.
Pemerintah Kuba mengklaim bahwa kelompok kontra-revolusioner yang didukung AS adalah dalang di balik aksi protes belakangan ini. Pemerintah juga menyalahkan embargo ekonomi AS yang membuat krisis keuangan.
Satu protes di pinggiran selatan Havana, La Guinera, pada Selasa malam diwarnai aksi bentrok antara demonstran dan polisi. Dua penduduk setempat mengatakan kepada Reuters bahwa mereka mendengar suara tembakan.
Kelompok hak asasi manusia di pengasingan Cubalex mengatakan sedikitnya 150 demonstran ditahan selama aksi protes, dan sejauh ini hanya 12 yang dipastikan bebas.
Selain aksi protes, Pemerintah Kuba juga mendapat kecaman dari internasional setelah menahan jurnalis Camila Acosta, yang meliput kerusuhan di negara itu untuk surat kabar Spanyol ABC.
Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares menuntut agar Kuba membebaskan jurnalis tersebut. "Spanyol membela hak untuk berdemonstrasi secara bebas dan damai dan meminta pihak berwenang Kuba untuk menghormatinya." ujar Jose Manuel Albares.
Baca Juga: Kuba Bikin Vaksin Sendiri, Efektivitasnya Disebut Capai 92 Persen