Kaum Terpinggir di Masa Covid-19: Susah Payah Anak-anak Tunanetra Meraba Pelajaran Daring

Senin, 12 Juli 2021 | 15:20 WIB
Kaum Terpinggir di Masa Covid-19: Susah Payah Anak-anak Tunanetra Meraba Pelajaran Daring
Ilustrasi--Penyadang tunanetra di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Cahaya Bathin. [Suara.com/Fakhri Fuadi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pembelajaran jarak jauh atau PJJ melalui daring terpaksa masih diberlakukan di sejumlah daerah di Indonesia akibat kasus Covid-19 yang belum mereda. Hal tersebut rupanya masih menjadi kesulitan serta keluhan bagi anak-anak penyandang disabilitas tuna netra. 

Hal itu seperti apa yang disampaikan Ketua Umum Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Aria Indrawati saat berbagi cerita dengan Suara.com, Senin (12/7/2021). 

Aria menjelaskan bahwa dirinya sehari-hari bertugas di Yayasan Mitra Netra yang konsennya terhadap anak-anak penyandang tuna netra. Ia mengaku banyak menerima keluhan dari anak-anak tersebut terkait sulitnya belajar daring atau PJJ. 

Salah satu siswa tunanetra saat belajar di Yayasan Mitra Netra. (Yayasan Mitra Netra)
Salah satu siswa tunanetra saat belajar di Yayasan Mitra Netra. (Yayasan Mitra Netra)

"Kalau di mitra netra itu tuna netra yang kami layani kan yang masih sekolah atau kuliah jadi sebagian besar mereka masih tinggal sama orang tua. Ya kesulitan yang mereka hadapi terutama yang anak-anak yang SD itu tantangannya adalah belajar online buat mereka tantangan tersendiri," kata Aria. 

Baca Juga: Menyangkal Keberadaan Covid-19, Siapa Sebenarnya dr Lois?

Ia menjelaskan, para anak penyandang tuna netra yang terpaksa belajar daring untuk saat ini memang sangat perlu pendampingan orang tua atau walinya. Hal itu justru harus menjadi pilar penting dalam kegiatan tersebut. 

Sejumlah pelajar penyandang tuna netra mengikuti Tadarus Al Quran di Yayasan Tunanetra Raudlatul Makmufin Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (14/4/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Ilustrasi--Sejumlah pelajar penyandang tuna netra mengikuti Tadarus Al Quran di Yayasan Tunanetra Raudlatul Makmufin Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (14/4/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

"Nah sementara faktanya tidak semua orang tua punya kapasitas untuk melakukan," tuturnya. 

Aria kemudian mencontohkan kasus dimana salah satu kesulitan siswa-siswa tuna netra menyerap pelajaran via daring. Misalnya dalam pelajaran matematika, menurut Aria, hal itu secara tatap muka saja sulit untuk guru memodifikasi penjelasannya. 

Sementara untuk hari-hari ini, lebih terasa sulit karena pelajaran dilakukan secara daring.

"Apalagi pembelajaran yang lewat TVRI itu. Nah di TVRI itu gurunya tidak diberikan briefing bahwa sebagian anak yang nonton program dia itu tuna netra tidak bisa melihat jadi bahasanya tentu harus disesuaikan. Jangan ketika dia harus menjelaskan gambar ya harus naratif," tuturnya. 

Baca Juga: Viral Pria Kekar Bertato Panik saat Disuntik Vaksin Covid, Sampai Dipegang 3 Nakes

Sebetulnya Kemendikbud Ristek sudah memberikan pedoman. Namun, kata Aria, apakah sosialisasinya mengenai hal tersebut sudah dipahami atau belum masih menjadi pertanyaan. 

Kemudian tak hanya itu, Aria juga mengungkapkan, kesulitan lainnya yang dialami anak-anak penyandang tuna netra, yakni bagaimana akses buku pelajaran terutama buku braille. Hal itu perlu biaya untuk meminjam buku ke perpustakaan untuk mengantarkan sampai ke rumah. 

Suasana di perpustakaan tunanetra milik Yayasan Mitra Netra di Jalan Gunung Balong II, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Selasa (3/12). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Suasana di perpustakaan tunanetra milik Yayasan Mitra Netra di Jalan Gunung Balong II, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Selasa (3/12). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

"Nah itu semakin banyak buku yang digunakan kan semakin mahal biaya pengirimannya," ungkapnya. 

Solusi

Kendati begitu, Aria bersama teman-temannya di yayasan tak tinggal diam. Ia memberikan tutorial pelajaran untuk apara orang tua atau wali yang mendampingi si anak dalam belajar. Terutama para wali yang mendampingi anak penyandang tuna netra yang duduk di Sekolah Dasar. 

"Itu orang tuanya harus ada harus benar-benar mendampingi nanti misalnya tutor kita memperlihatkan ini alat peraganya ini cara menjelaskannya begini. Nah orang tua itu mempraktikkannya pada anak," kata dia. 

Menurutnya, pemberian tutorial atau pelatihan kepada pendamping juga sangat penting dilakukan. Dukungan juga masih diberikan ketika masa pengetatan lewat PPKM Darurat kembali diberlakukan akibat adanya gelombang covid. 

"Masih terus kita berikan baik yang langsung menyentuh pelajaran di sekolah maupun yang ektra-ekstra yang sifatnya untuk memberikan keterampilan tambahan supaya siswa-siswa lebih mudah mengikuti pelajaran di sekolah," tuturnya. 

Lebih lanjut, Aria berharap pemerintah terutama bisa memberikan perhatian lebih terhadap hal tersebut. Bagaimana mengakomodir ketersediaan buku pelajaran braille juga misalnya menjadi hal yang sangat diharapkan. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI