Suara.com - Presiden Haiti, Jovenel Moise dibunuh oleh tim profesional yang disebut sebagai 'kelompok komando bersenjata', jelas pernyataan perdana menteri sementara, Claude Joseph.
Menyadur Guardian kamis (08/07) Claude Joseph membenarkan bahwa Moise tewas dibunuh dalam serangan 'kelompok komando bersenjata' yang diyakini sebagai orang asing.
Dalam pidato nasional yang disiarkan televisi pada hari Rabu, Joseph menyatakan keadaan darurat di seluruh negeri dan menyerukan warga agar tenang. "Situasi terkendali," katanya.
Rabu malam, sekretaris komunikasi Haiti mengatakan polisi telah menangkap orang yang diduga sebagai pembunuh.
Baca Juga: 2 Pembunuh Presiden Haiti Tertangkap, Polisi Mikir: Dibunuh atau Dipenjara Saja!
Frantz Exantus tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang pembunuhan itu atau mengatakan berapa banyak tersangka yang telah ditangkap.
Kepala polisi mengatakan petugas terlibat perkelahian dengan kelompok itu dan empat orang ditembak mati sedangkan dua lainnya ditangkap.
Menurut duta besar Haiti untuk Washington, Bocchit Edmond, para pembunuh Moise mengaku sebagai anggota Administrasi Penegakan Narkoba AS (DEA) saat memasuki kediaman yang dijaga.
“Ini adalah serangan komando yang diatur dengan baik,” kata Edmond kepada Guardian. “Mereka menampilkan diri mereka sebagai agen DEA, memberi tahu orang-orang bahwa mereka datang sebagai bagian dari operasi DEA.”
Dalam video yang beredar di media sosial, seorang pria dengan aksen Amerika terdengar berkata dalam bahasa Inggris melalui megafon: “Operasi DEA. Semua orang berdiri. operasi DEA. Semua orang mundur, mundur. ”
Baca Juga: Presiden Haiti Tewas Ditembak Kelompok Bersenjata, Tersangka Ngaku Dari Agen Narkoba AS
Warga melaporkan mendengar suara tembakan dan melihat pria berpakaian hitam berlarian di sekitar lingkungan.
"Bisa jadi tentara bayaran asing, karena rekaman video menunjukkan mereka berbicara dalam bahasa Spanyol. Itu adalah sesuatu yang dilakukan oleh para profesional," kata Edmond.
“Ini adalah tindakan barbar. Ini adalah serangan terhadap demokrasi kita,” katanya sambil mengatakan dia telah meminta bantuan pada Gedung Putih pada Rabu pagi.
“Kami membutuhkan lebih banyak informasi,” kata Joe Biden kemudian di Gedung Putih, menyebut pembunuhan itu “sangat mengkhawatirkan”.