Suara.com - Mungkin tak ada pilihan lain bagi Sulis Sudaryanto (28), sejak dipecat secara sepihak alias PHK olej perusahaan dari pekerjaannya sebagai kurir karena dampak Covid-19 gelombang pertama, sekitar pertengahan 2020 lalu. Kekinian, pemuda itu terpaksa banting setir menjadi relawan sopir ambulans yang tiap hari berurusan dengan jenazah Covid.
Profesi ini tak pernah terlintas di pikiran ayah satu anak ini.
Mungkin kita sering mendengar kalimat, kalau urusan perut apapun tentu dilakukan, yang penting dapur tetap mengepul, sekalipun nyawa taruhannya.
Namun pilihan yang diambil Sulis saat ini bukan semata-mata karena faktor ekonomi, rasa kemanusiaanlah yang membawanya menjadi relawan di Imun Center, sebuah kelompok yang bergerak membantu penanggulangan Covid-19 di Kota Depok.
Kematian pun menjadi peristiwa yang dekat dengan keseharian Sulis, terlebih dalam beberapa waktu terakhir ini. Bayangkan saja, bersamaan dengan angka kasus Covid-19 yang melonjak tinggi di Jabodetabek, dia berjibaku menembus jalanan Depok untuk mengantarkan tiga sampai empat jenazah setiap hari menuju tempat peristirahatan terakhir.
Biasanya jenazah dalam peti itu dibawa Sulit ke pemakaman khusus Covid-19 seperti TPU Tapos, Cilangkap dan TPU Pasir Putih, Sawangan.
Mandi Keringat
Sulis mengaku, dibanding-banding pada bulan-bulan sebelumnya, tugasnya saat ini jauh lebih berat dijalani. Dalam sehari dia harus bekerja selama 12 jam bahkan lebih, tergantung panggilan tugas.
Belum lagi pakaian alat pelindung diri (APD) yang harus selalu dikenakan, membuatnya bermandi keringat karena kegerahan. Terlebih, risiko yang selalu mengintainya.
Baca Juga: Viral Sopir Ambulans Terkapar di Depan IGD dan 5 Berita Viral Lainnya
Setelah menghubungi sejak pagi hari pada Rabu (7/7/2021)kemarin, akhirnya Suara.com dapat berbincang dengannya menjelang pertengahan malam. Bukan tanpa alasan wawancara ini kami lakukan pada waktu istirahatnya, mengingat kesibukan Sulis saat ini mengantarkan jenazah.