Pemerintah Tetapkan HET Obat Corona, Barang Tetap Kosong di Pasar Pramuka

Selasa, 06 Juli 2021 | 19:12 WIB
Pemerintah Tetapkan HET Obat Corona, Barang Tetap Kosong di Pasar Pramuka
Penampakan salah satu toko obat di Pasar Pramuka, Jakarta Timur. (Suara.com/Yaumal)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah secara resmi menetapkan harga eceran tertinggi (HET) terhadap sejumlah obat penawar Covid-19. Hal itu menyusul terjadinya lonjakan harga dan kelangkahan barang, karena tingginya permintaan masyarakat berbarengan dengan angka Covid-19 yang meningkat.

Dengan adanya kebijakan tersebut tidak serta merta membuat harga stabil dan stok barang tersedia.

Ketua Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka, Edy Haryanto, mengatakan dari 11 jenis obat yang telah ditentukan harga ecerannya, seluruh ketersediaannya telah habis di Pasar Pramuka, Jakarta Timur.

“Sebelas macam (obat) itu enggak ada sama sekali,” kata Edy saat ditemui Suara.com di Pasar Pramuka, Selasa (6/7/2021).

Baca Juga: Jual Ivermectin Rp 475 Ribu, Pedagang Obat Diciduk Polisi

Ia menyebut sejumlah obat seperti Ivermectin, Favipiravir, Remdesivir hingga Oseltamivir telah habis sejak tiga minggu lalu.

Edy menyebut tidak tersedianya sejumlah obat tersebut karena pihak distributor menghentikan pengiriman kepada para ritel atau pengecer.

Sejumlah obat yang disebut dapat membantu pemulihan bagi pasien COVID-19, diantaranya Ivermectin, Favipiravir, Remdesivir hingga Oseltamivir, mulai langka di toko obat di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, Selasa (6/7/2021). [Suara.com/Yaumal Asri Adi Hutasuhut]
Sejumlah obat yang disebut dapat membantu pemulihan bagi pasien COVID-19, diantaranya Ivermectin, Favipiravir, Remdesivir hingga Oseltamivir, mulai langka di toko obat di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, Selasa (6/7/2021). [Suara.com/Yaumal Asri Adi Hutasuhut]

“Sebelum-sebelumnya ada, tapi karena masyarakat datang beli, stok belum dikirim lagi dari distributor ya sudah (barang habis),” jelasnya.

Meski demikian Edy tidak mengetahui secara pasti alasan distributor menghentikan pengiriman.

“Kami tak tahu yang di atas itu (distributor). Barannya distributornya terbatas atau memang tidak dikasih ke pasar bebas. Atau kemudian masuk ke rumah sakit. Kami tak tahu,” ujar Edy.

Baca Juga: Tabung Oksigen 1000 Liter di Pasar Pramuka Kosong, Kalau Ada Harganya Capai Rp 3,5 Juta

Saat ini Edy dan para pedagang Pasar Pramuka sedang melobi pemerintah untuk memfasilitasi mereka agar para distributor kembali mengirimkan barang.

“Supaya barang-barang itu dilepas saja ke ritel (pengecer), karena barometer masyarakatkan di ritel bukan di apotek,” imbuhnya.

Terkait harga eceran yang ditetapkan pemerintah, Edy memastikan akan mengimbau para pedagang mengikuti ketetapan itu.

Namun pemerintah harus terlebih dahulu memastikan para distributor mengirimkan barang, sehingga tidak menyebabkan kelangkahan yang turut membuat harganya melambung tinggi.

“Kami tak bisa pungkiri ketika permintaan tinggi stok barang nggak ada. Akhirnya namanya inikan pasar, hanya beda satu tembok, toko A punya barang, orang ngambil di toko D, tokoh D kan pasti nyari ke sebelahnya. (Toko sebelahnya) bilang ada, sebelahnya nyari lagi. Mata rantai itulah yang menjadikan mahal,” kata Edy.

“Kalau barang banyak suplai dan demannya kan berimbang, suda pasti harga normal lagi. Karena kejadian seperti ini hukum pasar kan yang jalan ya,” sambungnya.

Seperti pemberitaan sebelumnya, Kementerian Kesehatan akhirnya menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/4826/2021 tentang Harga Eceran Tertinggi Obat Dalam Masa Pandemi Covid-19.

Harga eceran tertinggi tersebut merupakan harga jual tertinggi obat di apotek, instalasi farmasi, rumah sakit, klinik, dan Faskes yang berlaku di seluruh Indonesia.

Ada 11 obat yang ditetapkan harga maksimal oleh Kemenkes, yakni :

  • Favipiravir 200 mg (Tablet) Rp 22.500 per tablet
  • Remdesivir 100 mg (Injeksi) Rp 510.000 per vial
  • Oseltamivir 75 mg (Kapsul) Rp 26.000 per kapsul
  • lntravenous Immunoglobulin 5 persen 50 ml (lnfus) Rp 3.262.300 per vial
  • lntravenous Immunoglobulin 10 persen 25 ml (Infus) Rp 3.965.000 per vial
  • lntravenous Immunoglobulin l07o 5O ml (Infus) Rp 6.174.900 per vial
  • Ivermectin 12 mg (Tablet) Rp 7.500 per tablet
  • Tocilizrrmab 400 mg/20 ml (Infus) Rp 5.710.600 per vial
  • Tocilizumab 80 mg/4 ml (Infus) Rp 1.162.200 per vial
  • Azithromycin 500 mg (Tablet) Rp 1.700 per tablet
  • Azithromycin 500 mg (Infus) Rp 95.400 per via.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI