Suara.com - Pemerintah secara resmi menetapkan harga eceran tertinggi (HET) terhadap sejumlah obat penawar Covid-19. Hal itu menyusul terjadinya lonjakan harga dan kelangkahan barang, karena tingginya permintaan masyarakat berbarengan dengan angka Covid-19 yang meningkat.
Dengan adanya kebijakan tersebut tidak serta merta membuat harga stabil dan stok barang tersedia.
Ketua Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka, Edy Haryanto, mengatakan dari 11 jenis obat yang telah ditentukan harga ecerannya, seluruh ketersediaannya telah habis di Pasar Pramuka, Jakarta Timur.
“Sebelas macam (obat) itu enggak ada sama sekali,” kata Edy saat ditemui Suara.com di Pasar Pramuka, Selasa (6/7/2021).
Ia menyebut sejumlah obat seperti Ivermectin, Favipiravir, Remdesivir hingga Oseltamivir telah habis sejak tiga minggu lalu.
Edy menyebut tidak tersedianya sejumlah obat tersebut karena pihak distributor menghentikan pengiriman kepada para ritel atau pengecer.
![Sejumlah obat yang disebut dapat membantu pemulihan bagi pasien COVID-19, diantaranya Ivermectin, Favipiravir, Remdesivir hingga Oseltamivir, mulai langka di toko obat di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, Selasa (6/7/2021). [Suara.com/Yaumal Asri Adi Hutasuhut]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/07/06/64691-toko-obat-di-pasar-pramuka.jpg)
“Sebelum-sebelumnya ada, tapi karena masyarakat datang beli, stok belum dikirim lagi dari distributor ya sudah (barang habis),” jelasnya.
Meski demikian Edy tidak mengetahui secara pasti alasan distributor menghentikan pengiriman.
“Kami tak tahu yang di atas itu (distributor). Barannya distributornya terbatas atau memang tidak dikasih ke pasar bebas. Atau kemudian masuk ke rumah sakit. Kami tak tahu,” ujar Edy.
Baca Juga: Jual Ivermectin Rp 475 Ribu, Pedagang Obat Diciduk Polisi
Saat ini Edy dan para pedagang Pasar Pramuka sedang melobi pemerintah untuk memfasilitasi mereka agar para distributor kembali mengirimkan barang.