Suara.com - Pemimpin junta militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing ulang tahun yang ke-65 pada Sabtu (03/07) dan rakyat memberikan kado paling tak terduga, berupa peti mati.
Menyadur Kyodo News Minggu (04/07), para pengunjuk rasa pro-demokrasi Myanmar demonstrasi menentang pemerintah militer dengan membakar peti mati pemimpinnya di beberapa titik.
Di kota terbesar kedua, Mandalay, orang-orang yang menyerukan demokrasi sambil membakar peti mati tiruan yang dilampirkan dengan foto Min Aung Hlaing.
Mereka protes dengan memegang plakat yang bertuliskan, "Semoga kamu mati di hari ulang tahunmu." Demonstrasi serupa juga terjadi di kota terbesar Yangon dan kota-kota lain.
Baca Juga: Di Depan Min Aung Hlaing, Jokowi: Kekerasan Myanmar Harus Dihentikan
Sejak menggulingkan pemerintah sipil yang dipimpin Aung San Suu Kyi dalam kudeta 1 Februari, pemerintah militer yang dipimpin oleh Min Aung Hlaing menahan Suu Kyi dan politisi terkemuka lainnya.
Junta militer juga menggunakan kekerasan dalam menghadapi pengunjuk rasa anti-kudeta. Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, 890 orang telah tewas dan 5.086 ditahan oleh militer hingga Sabtu.
Beberapa hari setelah Min Aung Hlaing merebut kekuasaan dalam kudeta pada 1 Februari, pemerintah militer menghapuskan usia pensiun wajib 65 untuk panglima dan wakil panglima.
Hal ini kembali menuai protes karena itu memungkinkan Min Aung Hlaing terus melanjutkan jabatannya.
Baca Juga: Tolak Kedatangan Pemimpin Junta Militer Myanmar Min Aung Hlaing