Dua Staf Dapur Rumah Sakit di Fiji Terpapar Covid-19, Pasien Kelaparan

Jum'at, 02 Juli 2021 | 19:32 WIB
Dua Staf Dapur Rumah Sakit di Fiji Terpapar Covid-19, Pasien Kelaparan
Ilustrasi rumah sakit. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah rumah sakit di Fiji terpaksa tidak mendapatkan makanan setelah staf dapur terjangkit Covid-19, saat negara tersebut mencapai rekor infeksi.

Menyadur RNZ Pacific Jumat (2/7/2021), otoritas kesehatan Fiji mengumumkan 431 kasus baru pada Kamis (1/7), dan disebut sebuah rekor infeksi Covid-19 harian tertinggi.

Sejumlah pasien Covid-19 tersebut adalah staf dapur sebuah rumah sakit yang menyebabkan persediaan makanan terganggu.

Sekretaris kesehatan Fiji Dr James Fong mengatakan bahwa dua staf dapur sebuah rumah sakit dinyatakan positif pada Rabu malam.

Baca Juga: Varian Baru Sebabkan Ketakutan Masyarakat, Negara Ini Bakal Suntikkan Vaksin Ketiga

Akibatnya, Fong melanjutkan, dapur rumah sakit tersebut tidak dapat beroperasi untuk menyajikan sarapan dan makan siang

"Ya, dapur dibuka kembali pada jam 11 pagi setelah proses dekontaminasi," jelas Dr James Fong.

Infrastruktur kesehatan masyarakat Fiji di divisi timur tengah berjuang mengatasi peningkatan kasus setelah sebuah cluster terjadi di rumah sakit pada awal Juni.

Viti Levu, pulau utama, adalah rumah bagi sekitar 600.000 penduduk, lebih dari setengahnya tinggal di divisi timur di mana wabah varian Delta saat ini terkonsentrasi.

June, seorang ibu muda di Suva, membagikan kisah di media sosial ketika ia frustrasi pada kondisi dan penundaan layanan makanan di Rumah Sakit Bersalin Makoi.

Baca Juga: Pasien di RSKD Membludak, Pemkot Balikpapan Jadikan RSUD Beriman untuk Rujukan Covid-19

June mengatakan ia dan bayinya dipulangkan dari Colonial War Memorial Hospital (CWMH) dua minggu setelah wabah terdeteksi di sana.

Beberapa hari setelah berada di rumah, bayinya yang baru lahir mengalami demam. Setelah berobat di klinik setempat, mereka berdua dibawa ke CWMH sebelum akhirnya dipindahkan ke Rumah Sakit Bersalin Makoi.

"Tinggal di sini tidak mudah. Yang saya lakukan hanyalah menangis karena saya baru saja melahirkan dan yang ingin saya lakukan hanyalah berada di rumah dan meminta seseorang merawat saya dan bayi saya," katanya.

Dr Fong mengakui fasilitas Bersalin Makoi penuh sesak dan mengatakan pada Rabu malam bahwa transportasi menjadi masalah karena pengemudi pemerintah juga rentan.

"Kami telah memasang beberapa tenda di luar dan kami sebenarnya telah menempatkan lebih banyak tempat tidur di area klinik. Kami memiliki beberapa tim di lokasi yang akan membantu kami menciptakan ruang itu.

"Mengenai mobilisasi makanan, kami memang mengalami kesulitan dengan beberapa transportasi seperti yang Anda tahu bahwa salah satu orang yang rentan terhadap virus adalah pengemudi kami. Karena mereka mengemudi di mana-mana mereka sangat rentan terhadap paparan. Jadi kadang-kadang kami tidak memiliki pengemudi, yang berarti kadang-kadang makanan tertunda dalam transportasinya."

Dr Fong mengatakan Kementerian Kesehatan telah menugaskan kembali pengemudi yang datang dari bagian lain untuk membantu pengiriman makanan yang ditampung di luar CWMH.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI