Suara.com - Kisah seorang wanita yang ingin bertemu suaminya setelah menjalani hubungan jarak jauh berakhir sial. Hal ini dikarenakan tetangganya yang menularkan penyakit kepadanya.
Cerita ini menjadi viral setelah dibagikan oleh akun Twitter @SeputarTetangga. Hingga berita ini dibuat, cuitan itu telah mendapatkan hampir 300 tanda suka.
"Bronkitis kronis jalan-jalan," cuit akun tersebut di Twitter seperti dikutip oleh Suara.com, Kamis (1/7/2021).
Wanita ini bercerita ia tinggal di Jakarta dan berniat mengunjungi suaminya di luar kota. Namun, ia baru bisa berangkat saat bayinya berusia 8 bulan mengingat situasi pandemi virus corona.
Baca Juga: Tagihan Listrik Nunggak, Wanita Ini Malah Lempar Uang ke Petugas PLN
"Jadi gini, gue ldr dengan suami karena dulu lahiran di Jakarta. Nah mertua kan kangen yah, karena pandemi gue tahan dulu sampai dedek bayi usia 8 bulanan," ungkap sang wanita.
Setelah mantap, wanita ini akhirnya berangkat dengan mengajak ibunya. Tak disangka, ibunya mengajak seorang tetangga yang memiliki penyakit bronkitis kronis.
"Nyokap gue ngajak tetangga yang lagi sakit bronchitis kronis ikut kesana. Udah sempet protes juga ke nyokap karena ngotot mau ngajak tuh tetangga. Alesannya biar tahu rumah bokap di Jawa karena bokap asli Jawa," ceritanya.
Wanita ini memang berencana menginap di rumah ayahnya. Setelah didesak ibunya, ia pun tak punya pilihan lain selain mengajak tetangganya.
Namun, tetangganya itu menunjukkan sikap yang mengkhawatirkan karena tidak pernah memakai masker. Tak sampai disitu, tetangganya itu bahkan sering mendekatkan diri ke bayinya.
Baca Juga: Viral Penagih Utang Tak Berkutik 'Ngacir' Pergi Dikeroyok Emak-emak
"Gue nginep di rumah bokap gue. Feeling ibu kuat kali ya. Bener aja, tuh tetangga pas di rumah ya gak pakai masker. Kalau gue lagi gendong debay, dia nempelin mukanya terus ke gue dan debay," keluhnya.
"Terus ngerayu-rayu biar mau digendong dia. Dah gue jauhin dia mepet lagi. Sambil nyerocos curhat kayak takut gue tinggal," lanjutnya.
Benar saja, ketakutan wanita ini terjadi. Ia ikut tertular penyakit bronkitis setelah tiba-tiba mengalami demam tinggi selama 3 hari.
"Sampai akhirnya ketakutan gue terjadi. Gue demam tinggi 3 hari dan 1 hari batuk. Diminumin obat paracetamol juga gak sembuh-sembuh. Akhirnya ke dokter, setelah dicek gue divonis bronkitis juga coba. Nyesek banget gak sih?," ungkapnya.
Tak sampai disitu, bayinya juga ikut sakit. Hal ini tentu membuat sang wanita emosi. Ia juga menyayangkan sikap tetangganya yang tidak meminta maaf namun justru bersembunyi terus di kamar.
"Debay juga demam tinggi, pilek, batuk juga. Boleh marah dong gue? Yang parahnya lagi, tuh orang bukannya minta maaf malah ngumpet di kamar terus kayak takut disalahin," kata sang wanita.
Ia kemudian menceritakan hal ini kepada ibunya. Sontak, ibunya menyuruh sang tetangga itu untuk kembali pulang ke Jakarta.
"Nyokap tahu gitu baru nyuruh tuh tetangga pulang ke Jakarta. Itupun setelah berantem dulu sama gue. Masih belain tu tetangga. Btw ongkos pp tetangga gue dibayarin nyokap. Hihi, asyik ya, jalan-jalan plus kasih penyakit," pungkasnya.
Curhatan itu langsung ramai dikomentari warganet. Banyak dari mereka yang menceritakan pengalaman pribadi mereka hingga bertanya mengenai penularan penyakit itu.
"Serius nanya, emang kalau bronkhitis bisa nular ya? Sebab aku punya bronkhitis juga, tapi aku baru tahu kalau ini pnyakit nular, bertahun-tahun hidup berdampingan sama keluarga tapi ga ada yang ketularan aku. Kalau emang betul kasian juga keluarga aku, mungkin belum ketahuan aja kali ya kalau mereka sakit," curhat warganet.
"Persis tetangga aku dia kena covid-19 di swab PCR masih positif udah jalan-jalan keluar naik motor katanya bosen dirumah," beber warganet.
"Gak tahu alasan apa sampai si ibu ngotot ngajak tetangganya. Tapi kalau dia gak ngerasa bersalah udah nyelakain anak dan cucunya, what the hell is wrong with her? Tetangganya si jelas gak tahu diri, mon maap. Itu pengobatan berbulan-bulan, gak boleh skip obat or harus ngulang dari awal lo," jelas warganet.
"Nggak habis pikir sih sama nyokapnya, ya biar apa tetangganya itu tau rumah bokapnya di Jawa? Malah lebih sayang tetangga timbang anak cucunya," tegur warganet.
"Tapi penyakit bronkitis itu emang gak main-main. Papa ku punya riwayat bronkitis selama masa berobat gapernah mau ada kontak fisik sama orang di rumah. Ini malah udah nularin ke debay nya," tulis lainnya.
Mengenal Gejala Bronkitis
Bronkitis merupakan peradangan yang terjadi pada saluran utama pernapasan atau bronkus. Dikutip dari Alodokter, bronkitis kronis termasuk salah satu, dari dua jenis penyakit bronkitis.
Bronkitis kronis biasanya dialami oleh orang dewasa berusia 40 tahun ke atas. Penyakit tersebut dapat berlangsung hingga 2 bulan dan merupakan salah satu penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Gejala bronkitis umumnya batuk yang dapat disertai sesak napas dan sakit tenggorokan. Pada kasus yang parah, batuk dapat menyebabkan nyeri dada, bahkan penurunan kesadaran. Penyakit bronkitis disebabkan oleh infeksi virus, tetapi lebih rentan menyerang perokok dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.
Faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena bronkitis, antara lain tidak menerima vaksin influenza atau pneumonia, sering terpapar zat-zat berbahaya seperti debu atau amonia, juga berusia di bawah 5 tahun atau lebih dari 40 tahun.
Orang yang didiagnosis bronkitis ringan sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi jika kondisinya cukup berat, bronkitis harus diatasi dengan obat-obatan khusus batuk berdahak. Untuk membantu pengobatan, disarankan untuk banyak minum air putih dan istirahat yang cukup.
Untuk menghindari infeksi bronkitis dapat melakukan pencegahan dengan menghindari rokok, menerima vaksin flu dan pneumonia, menjaga kebersihan dan selalu mencuci tangan setiap usai beraktivitas. Juga mengenakan masker untuk menghindari paparan senyawa berbahaya.
Bronkitis menular atau tidak?
Angka kejadian bronkitis di Indonesia hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Tetapi, bronkitis merupakan bagian dari penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang diperkirakan ada 4,8 juta pasien pada 2013.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, jumlah tersebut bisa semakin naik seiring banyaknya jumlah perokok, sebab, 90% pasien PPOK adalah perokok atau mantan perokok.
Bronkitis terbagi menjadi dua, akut dan kronis. Dari kedua jenis ini, yang dinilai dapat menular adalah bronkitis akut. Sedangkan bronkitis yang termasuk dalam PPOK adalah bronkitis kronis.
Dilansir Healthline, bronkitis akut paling sering disebabkan oleh infeksi yang berlangsung selama tujuh hingga 10 hari. Tetapi penderita dapat mengalami batuk selama berminggu-minggu setelah gejala awal berlalu.
Bronkitis akut umumnya dimulai sebagai infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan disebabkan oleh virus. Ada ratusan jenis virus yang dapat menyebabkan bronkitis.
Pada kasus yang jarang terjadi (kurang dari 10%), bronkitis akut dapat disebabkan oleh bakteri. Seperti bordetella pertussis, spesies Streptococcus, Mycoplasma pneumoniae, hingga Chlamydia pneumonia.
Penularan bronkitis akut dapat terjadi dari manusia ke manusia, melalui tetesan udara mikroskopis yang mengandung kuman dan diproduksi ketika seseorang yang terinfeksi berbicara, bersin atau batuk.
Virus dan bakteri penyebab penyakit ini dapat hidup di luar tubuh selama beberapa menit, jam, hingga berhari-hari, tergantung pada jenisnya.
Oleh karena itu, jika seseorang memegang benda yang terkena virus dan bakteri, mereka berisiko terinfeksi ketika menyentuh mata, hidung atau mulutnya.
Jenis bronkitis ini dapat dengan mudah ditularkan ke orang dengan sistem kekebalan tubuh rendah seperti anak kecil dan orangtua, serta yang memiliki infeksi kronis.