Kerja sampai Loyo
Kewalahan tentunya juga melanda Daryono. Pernah dalam satu minggu, kolektif CV Sahabat Duka bisa mengerjakan hingga 250 peti mati. Sebuah jumlah yang tentunya banyak, seperti jumlah kasus positif Covid-19 yang terus bertambah setiap harinya.
"Wah sampai loyo lah kalau bisa dibilang, semenjak kasus naik," ungkap Daryono.
Kematian secara tidak langsung telah akrab dengan biografi Daryono. Membuat peti mati semacam menjadi pemaknaan ulang terhadap kematian. Saya pun melontarkan sebuah pernyataan:
"Di mana ada kematian, di situ ada pundi-pundi uang ya?"
"Iya juga sih," lirih Daryono -- entah loyo karena lelah atau sedang tersentak ketika menjawab hal tersebut.
Setelah berbicara singkat, Daryono kembali bergulat pada rutinitasnya, yaitu mengecat peti mati. Bersama pekerja lainnya, kesibukan mengukur triplek kayu, mengaduk cat, hingga menjemur peti mati di bawah terik matahari pukul 14.00 WIB kembali dijalani oleh Daryono.
Kali ini giliran sang senior yang meladeni perbincangan siang itu. Suherman, (43) bercerita, pesanan peti mati kebanyakan berasal dari sejumlah rumah sakit yang ada di kawasan Jabodetabek.
Tentunya, dengan banjirnya pesanan peti mati sedikit membuat para pekerja kewalahan. Bagaimana tidak, dalam sehari para pekerja bisa membuat 15 sampai 20 peti mati -- bahkan terkadang lebih.
Baca Juga: Sudah di Ambang Batas Kemampuan Tangani Covid-19, Relawan: Warga DIY Maafkan Kami...

"Kalau di pikir-pikir ya engap juga," ungkap Suherman.