"Kami menyarankan agar beberapa fasilitas gedung di kompleks GBK Senayan digunakan untuk RS darurat tersebut. Seperti di Tennis Indoor dan sarana lainnya, karena RS di area Jabodetabek mayoritas telah melebihi kapasitas yang menyebabkan antrean panjang pasien," ujarnya.
Muzani menjelaskan saat ini fasilitas kesehatan yang ada di RSD Wisma Atlet telah melebihi kapasitas sehingga menyebabkan pasien harus menunggu antrean.
Muzani menilai, khusus wilayah Jakarta, untuk kondisi seperti saat ini, tidak mungkin bergantung pada RSD Wisma Atlet yang sudah hampir melebihi kapasitas, yang menyebabkan pasien positif lainnya harus mengantri.
"Dan pembukaan RS darurat juga perlu dilakukan di daerah-daerah zona merah Covid-19 khususnya di Pulau Jawa. Beberapa asrama haji juga dapat difungsikan sebagai RS darurat terutama setelah ibadah haji ditiadakan tahun 2021," katanya.
Dia menilai, dalam situasi seperti ini yang diperlukan adalah kerjasama yang maksimal antara semua pihak seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan seluruh komponen bangsa.
Muzani berharap pemerintah membuka kembali peluang bagi pihak-pihak yang ingin menjadi relawan dalam rangka penanganan Covid-19 di Indonesia.
Langkah itu menurut dia karena saat ini seluruh tenaga kesehatan (nakes) dan para dokter yang menangani pasien Covid-19 sangat kelelahan akibat terus meningkatnya jumlah kasus positif.
"Pemerintah sebaiknya membuka peluang bagi orang-orang yang ingin menjadi relawan karena para nakes seperti dokter, perawat dan tenaga medis lainnya sangat kelelahan karena pasien positif terus bertambah dan berdatangan ke setiap rumah sakit," ujarnya.
Selain itu dia juga meminta pemerintah untuk terus melakukan kontrol di lapangan agar protokol kesehatan bisa diterapkan dengan baik, dan masyarakat diminta untuk tidak berkerumun, menjaga jarak, dan selalu menggunakan masker.
Baca Juga: Sejak Awal Pandemi, 400-an Tenaga Kesehatan di Balikpapan Tumbang Terpapar Covid-19