Ismail menambahkan, pemerintah jangan memberikan respons secara formalitas saja. Sebab, respons secara formalitas hanya menunjukkan kualitas demokrasi yang rendah dan mencerminkan minimnya argumentasi dan kecakapan komunikasi publik pemerintah dalam menjawab kritikan publik.
Pesan Kepada Kampus
Ismail menambahkan, respons Jokowi yang diarahkan kepada sejumlah kampus untuk tidak menghalangi mahasiswa dalam berekspresi seharusnya menjadi teguran. Dalam hal ini, agar kampus tidak menjadi alat pasung kebebasan bagi mahasiswa.
"Termasuk jika bentuk ekspresi tersebut adalah kritikan kepada pemerintah dan rektorat kampus," papar dia.
Ismail mengatakan, seharusnya pejabat kampus juga harus lihai dalam berdemokrasi. Sehingga, ruang kampus bisa menjadi tempat untuk tumbuh dan berkembangnya kebebasan berpendapat.
"Pejabat kampus seharusnya fasih berdemokrasi, sehingga kampus dapat menjadi tempat untuk tumbuh dan berkembangnya kebebasan berpikir, berpendapat, dan kemerdekaan pikiran," tutup dia.
Respons Jokowi
Presiden Joko Widodo merespon sikap BEM Universitas Indonesia yang menjulukinya sebagai The King of Lip Service. Kritikan tajam dari kelompok mahasiswa itu merupakan bentuk ekspresi dalam berdemokrasi.
"Terakhir ada yang menyampaikan the King of Lip Service. Ya Saya kira ini bentuk ekspresi mahasiswa dan ini negara demokrasi," kata Jokowi yang disiarkan melalui Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (28/6/2021).
Baca Juga: Disebut Planga-plongo hingga Bapak Bipang, Jokowi Ngaku Tak Ambil Pusing
Ia juga mengimbau pihak rektorat UI agar tidak membatasi mahasiswa untuk menyampaikan kritiknya terhadap pemerintah dengan berbagai ekspresi. Kendati begitu, Jokowi juga mengisyaratkan agar mahasiswa mengedepankan sopan santun dalam menyampaikan ekspresinya.