Emak-emak 'Ngelawak' Anak Dimasukkan ke Kulkas, Tuai Kritikan Warganet

Rabu, 23 Juni 2021 | 13:03 WIB
Emak-emak 'Ngelawak' Anak Dimasukkan ke Kulkas, Tuai Kritikan Warganet
Aksi emak-emak 'ngelawak' masukkan anak ke kulkas, tuai kritikan warganet (TikTok).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah video yang memperlihatkan momen seorang emak-emak bercanda dengan sang anak tengah menjadi viral. Alih-alih dipuji, sosok ibu tersebut justru ramai dikritik warganet.

Bukan tanpa alasan, kritik tersebut datang lantaran tingkah emak-emak ketika bermain dengan sang anak itu dinilai berlebihan.

Dalam video yang dibagikan lewat media sosial TikTok, emak-emak tersebut tampak membuka sebuah lemari pendingin atau kulkas bewarna biru.

Ketika dibuka, kulkas bertingkat tiga tersebut berisi beberapa sayuran dan sejumlah kotak bungkusan makanan.

Baca Juga: Penumpang Mobil Ledek Pemotor yang Salah Masuk Jalan Tol, Jadi Bulan-bulanan Massal

Akan tetapi, publik tiba-tiba melongo ketika melihat tingkat kedua kulkas. Sebab di sana ada seorang anak diduga masih balita.

Anak emak-emak tersebut tiduran di kulkas menyala sembari membawa botol yang lantas diberikan kepada sang ibu.

Sosok emak-emak yang merekam video pun mengambil botol tersebut dan mendekatkan kamera ke arah sang anak.

"Serah deh," ungkap emak-emak itu seperti dikutip Suara.com, Rabu (23/6/2021).

Meski ditengarai sedang bercanda atau ngelawak, namun aksi emak-emak tersebut lantas dipenuhi kritikan karena dianggap terlalu membahayakan.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Pendiri Sekte Salamullah, Lia Eden Pernah Dapat Segudang Penghargaan

Aksi emak-emak 'ngelawak' masukkan anak ke kulkas, tuai kritikan warganet (TikTok).
Aksi emak-emak 'ngelawak' masukkan anak ke kulkas, tuai kritikan warganet (TikTok).

Sebab anak tersebut masuk dalam kulkas menyala yang dialiri listrik dan basah. Publik takut apabila terjadi insiden tak menyenangkan.

"Jangan mengundang maut, itu listrik dan basah," komentar Ros*******.

"Jangan dibiasakan bunda, nanti kalau gimana-gimana anda yang nyesel lho. Anak-anak itu tergantung kita yang ngebenerin," timpal An*******.

"Dikira lucu yah begitu. Nanti kalau anak masuk sendiri terus gak bisa dibuka, baru deh mewek. Tolong lah hal kayak gini jangan buat bercandaan," sambung Hes*******.

"Itu bukan lelucon. Saya juga emak-emak, tapi gak gini amat bercanda sama anak," balas Ari*******.

"Jangan sampai terjadi hal yang gak diinginkan bu, nanti nangis. Hati-hati itu bukan tempat mainan anak. Bahaya," sahut warganet lain.

Orangtua Harus Tahu, Ini 5 Kriteria Bermain yang Aman bagi Anak

Bermain merupakan cara anak usia dini belajar tentang segala hal. Melalui bermain, kata psikolog, Nadya Pramesrani, M.Psi, Psi, anak belajar untuk mengembangkan berbagai macam kemampuan yang akan bermanfaat untuk menjalani dunia akademisnya nanti, seperti kemampuan motorik kasar, motorik halus, personal dan sosial, serta kognitif.

Nadya juga membagi kriteria bermain yang baik bagi anak ke dalam lima kategori.

Pertama, bermain harus menyenangkan dan bebas tekanan. "Ketika bermain, orangtua harus menularkan semangat ke anak. permainan akan lebih menyenangkan dan kemampuan belajar akan lebih optimal, jika menyenangkan," kata Nadya dalam acara Kodomo Challenge di Jakarta beberapa tahun lalu.

Kedua, permainan harus berpusat pada anak. Itu terjadi karena anak kerap berubah-ubah. Terkadang mereka sangat aktif, namun ada kalanya, anak hanya ingin duduk diam.

Untuk itu Nadya menyarankan agar orangtua memberikan variasi yang beragam. "Bermain apa yang menarik bagi mereka. Jangan yang lebih menarik bagi orangtua," terang psikolog sekaligus Co-founder Rumah Dandelion tersebut.

Ketiga, lanjut Nadya, permainan harus sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuan anak. "Ketika situasi terlalu sulit, akan menimbulkan frusatasi dan permainan yang sulit, tidak lagi menyengankan bagi anak. Mak dari itu harus sesuai kemampuan tahapan perkemabangan anak sendiri," jelasnya merinci.

Keempat, permainan harus seimbang baik dalam ruang atau luar ruang, digitan dan non digital, serta terstruktur dan tidak terstruktur. Nadya menjelaskan, dalam sebuah penelitian, anak usia di bawah lima tahun memerlukan waktu bermain di luar ruang selama dua jam dalam sehari.

Kelima, tak kalah penting, permainan harus dilakukan di lingkungan yang aman dan selalu dalam pengawasan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI