Rocky Gerung lalu mengomentari sikap Jokowi. Menurutnya, sosok yang kini menjabat sebagai Presiden RI tersebut tidak paham demokrasi karena menolak oposisi.
"Kan jelas Pak Jokowi di dalam periode 10 tahun ini memerosotkan demokrasi, ngapain perpanjang 3 periode. Jokowi tidak paham demokrasi karena beliau menolak oposisi," tegas Rocky.
Lain dari Jokowi, Prabowo dinilai Rocky Gerung awalnya memahami betul demokrasi. Namun sayangnya ia masuk ke dalam lingkaran kekuasaan.
Rocky Gerung mengatakan, hal itu menyebabkan Prabowo kini tidak lagi paham demokrasi karena dinilai juga tak menganggap keberadaan oposisi.
"Prabowo paham demokrasi, tapi dia menerima tawaran masuk ke dalam kekuasaan dengan alasan memperbaiki bangsa. Padahal bisa dari luar supaya ada balencing. Pak Prabowo akhirnya tidak paham demokrasi karena menganggap opisisi tak diperlukan," paparnya.
Meski diusulkan, Rocky Gerung menganggap persatuan Jokowi dan Prabowo bukan hal serius. Ia mengatakan, publik juga menganggapnya sebagai lelucon.
"Dua orang yang tak paham demokrasi dipersatukan oleh orang yang cuma paham amplop. Ini gilanya. Saya gak anggap hal serius, karena publik menganggap lelucon," tandas Rocky Gerung.
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari menilai Rocky Gerung tak melihat langsung kondisi di lapangan dan selalu merasa di atas.
"Dan yang terjadi (di lapangan) bukan seperti dipikirkan Rocky," kata Qodari dalam kesempatan yang sama.
Baca Juga: Curhat Wanita Parkir di Jalan karena Garasi Tak Muat, Spion Dua-duanya Hilang