Suara.com - Wakil Kepala Lembaga Eijkman Bidang Penelitian Fundamental, Profesor Herawati Sudoyo meminta para ilmuwan untuk mulai berbicara meluruskan sejumlah kabar hoaks terkait vaksinasi Covid-19.
Prof Herawati mengatakan para ilmuwan saat ini perlu meluruskan sejumlah kesimpangsiuran informasi dengan menegakkan bukti dan data-data ilmiah, agar program vaksinasi tidak terhambat.
"Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) akibat vaksinasi COVID-19, misalnya. Hanya terjadi di berapa persen dari sekian juta orang yang sudah divaksinasi. Akan tetapi hal-hal kecil inilah yang masuk pemberitaan dan menjadi besar. Saya pikir di sinilah porsi ilmuwan berbicara dengan data- data,” kata Herawati dalam diskusi KPCPEN-FMB9, Selasa (15/6/2021).
Dia juga menerangkan bahwa sebagian besar produsen vaksin COVID-19 mencoba mencapai tingkat efikasi hingga 70 persen dan hingga saat ini, penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satupun vaksin COVID-19 yang tidak efektif menangkal mutasi virus COVID-19.
Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Gojek Jangkau 29 Kota, Terluas untuk Transportasi Online di Indonesia
"Memang ada penurunan efikasi saat vaksin COVID-19 melawan mutasi virus COVID-19 ini. Namun hal itu tidak mengurangi makna perlindungan yang diberikan vaksin COVID-19 itu sendiri,” tegasnya.
Meski begitu, Herawati menegaskan bahwa vaksinasi hanya salah satu jalan untuk mengatasi pandemi, masyarakat tetap wajib mematuhi protokol kesehatan 3M; memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
"Jadi yang sudah mulai longgar protokol kesehatannya karena adanya program vaksinasi harus kita perketat protokol kesehatan kita lagi karena adanya mutasi virus baru yang sudah bertransmisi lokal,” tutup Herawati.
Secara kumulatif, pandemi COVID-19 telah menginfeksi 1.927.708 orang Indonesia, kini masih terdapat 116.787 kasus aktif, 1.757.641 orang sudah dinyatakan sembuh, dan 53.280 jiwa meninggal dunia.
Baca Juga: Muncul 11 Kasus Baru, Copa America 2021 Dihantui Covid-19