Suara.com - Polemik tambang emas seluas 42 ribu hektare di Sangihe yang diinisiasi oleh PT TMS (Tambang Mas Sangihe) tengah menjadi sorotan.
Kekinian warganet ikut memantau kabar yang menyebut PT TMS berencana memberikan kompensasi sebesar Rp 5 ribu per meter untuk tanah yang akan digunakan untuk tambang emas.
Laporan BBC Indonesia, proses pengadaan tambang emas yang mencapai setengah dari luas Pulau Sangihe tersebut tengah memasuki masa negosiasi.
Akan tetapi, proses negosiasi untuk pembebasan lahan tersebut tidak mudah. Pasalnya warga menolak tanahnya dipakai untuk tambang emas.
Baca Juga: Jenazah Wakil Bupati Sangihe Penolak Tambang Disambut Ribuan Warga seperti Pahlawan
Bahkan, Save Sangihe Island, gerakan penolakan tambang yang terdiri dari 25 organisasi kemasyarakatan, terus menyuarakan protes akan hal itu.
Dilaporkan bahwa pada Selasa (25/6/2021), sekitar 30 warga berkumpul di Kantor Kapitaung Kampung Bowone, yang terletak sekitar 20 kilometer dari Kampung Ulung Peliang, salah satu pintu masuk ke Gunung Sahendaruman.
Para warga dikabarkan menolak masuknya tambang dan berikrar tidak akan menjual tanah yang ditawar Rp 5.000 per meter oleh perusahaan.
Salah seorang ibu rumah tangga di sana memprotes tambang tersebut bukan tanpa alasan. Dia menolak karena membayangkan kondisi alam setelah tambang nantinya beroperasi.
Wanita bernama Elbi Pieter membayangkan jika perusahaan tambang beroperasi di tanah kelahirannya, maka air laut akan tercemar, air minum menjadi beracun, perkebunan dan perbukitan lenyap, serta mata pencaharian penduduk yang mayoritas nelayan hilang.
Baca Juga: Sebelum Meninggal Mendadak di Pesawat, Wabup Sangihe Surati Menteri ESDM Tolak Tambang
Kabar tersebut langsung menuai komentar tajam dari para warganet. Mereka tak habis pikir dengan upaya PT TMS untuk menjadikan Sangihe sebagai wilayah tambang.
Komentar warga turut dipancing oleh pemilik akun Twitter @Areajulid, Rabu (9/6/2021), yang mengabarkan ulang temuan BBC.
Beberapa dari warganet terpantau menyoroti biaya pembebasan tanah warga yang dikabarkan hanya sekitar Rp 5 ribu saja.
"Makin ke sini makin serakah, gak ada otaknya. Duit bukan orang gak bisa mikir apa yang kita lakukan ke alam, bakal balik ke kita lagi. Ittu juat tanah juga murah banget. Rp 5 ribu beli seblak juga gak dapat buset. Please dong dipikir, manusia cuma numpang di bumi," kata Fee*******.
"Tanah air, tapi penduduk asli Indonesia malah seperti tak dihargai. Semua dirampas. Alasannya demi rakyat. Pertanyaannya 'rakyat yang mana? siapa?'," timpal Hm******.
"Rp 5 ribu per meter? Itu yang nawarin sehat kah? Gila aja. Emang masyarakat tuh butuh uang tapi gak gitu juga. Jahat banget asli. Sudah rusak lingkungan mereka, berpotensi hewan punah, nawarin tanah dengan harga gak manusiawi banget. Plis stop bikin rakyat kecil makin tersiksa," sambung Pun********.
"Up gaes. Apa Rp 5 ribu per meter? Di sini pulpen buat tanda tangan berkas aja sudah jarang yang Rp 5 ribu. Ini tanah per meter dihargain segitu gak punya otak. Di daerah gue Rp 500 ribu udah paling murah," timpal Rau**********.
"Kalau mau jadi kaya raya banget dan terus berada di atas, harus mengesampingkan hati, nurani, empati, dan simpati ya? Gila Rp 5 ribu per meter ditambah ada potensi hewan langka bakal punah. Manusia emang makhluk serakah," sahut Sof*********.