Suara.com - Pria yang berani menampar Presiden Prancis diduga adalah pecandu Live Action Roleplay (LARP) abad pertengahan dan memiliki senjata hingga bendera Uni Soviet.
Menyadur Russian Today, Kamis (10/6/2021) Damien Tarel, dituduh menampar wajah Presiden Prancis Emmanuel Macron saat berkunjung ke sebuah restoran.
Tarel telah disebutkan dalam laporan berita sebagai pria yang tertangkap kamera meneriakkan "Ganyang Macron-isme!" dan menampar wajah Macron pada hari Selasa (8/6).
Setelah kejadian, Tarel segera ditangkap bersama dengan temannya bernama'Arthur C.'. Polisi kemudian menggeledah rumah mereka di daerah tersebut.
Baca Juga: Detik-detik Presiden Emmanuel Macron Ditampar Pria di Tengah Kerumunan
Menurut La Parisien, yang mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya, polisi diduga menemukan "banyak buku permainan peran, simulasi pertempuran, karya Abad Pertengahan dan bahkan bendera Soviet" di rumah Tarel.
Polisi juga menemukan senjata reproduksi yang digunakan untuk permainan. Sumber tersebut juga menyebut keyakinan ideologis Tarel sebagai "bubur ideologis."
Sumber itu juga mengatakan kepada La Parisien bahwa Tarel tinggal di rumah bersama ibunya "dalam semacam dunia paralel yang terbuat dari permainan peran, simulasi perkelahian abad pertengahan," dan dia diduga tidak memiliki pekerjaan tetap.
Di akun Instagram miliknya, Tarel terlihat sering posting foto-foto yang menunjukkan pria mengenakan pakaian dan baju besi kuno sambil memegang pedang dan perisai.
Teman Tarel, yang hanya diidentifikasi sebagai 'Arthur C.', juga digeledah rumahnya setelah insiden. Polisi diduga menemukan senapan yang dimiliki secara legal dan salinan buku Adolf Hitler 'Mein Kampf'.
Baca Juga: Pasca Presiden Prancis Ditampar, Dua Pria Ditahan, Terancam Denda Rp 13 Juta
Presiden Macron menyebut kejadian yang menimpanya sebagai insiden terisolasi yang dilakukan oleh individu "ultra-kekerasan".
"Saya baik-baik saja. Kita harus menempatkan insiden ini, yang menurut saya merupakan peristiwa yang terisolasi, ke dalam perspektif," katanya dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Dauphiné Liberé Selasa malam.
"Jangan biarkan peristiwa terisolasi, individu ultra-kekerasan ... mengambil alih debat publik: mereka tidak pantas mendapatkannya. ." tegasnya.
Berbicara di Majelis Nasional, Perdana Menteri Jean Castex mengeluarkan reaksi tegas atas peristiwa yang menimpa orang nomor satu di Prancis tersebut.
"Melalui kepala negara, itulah demokrasi yang telah ditargetkan," katanya dan disambut tepuk tangan meriah dari anggota parlemen dari semua jajaran.
"Demokrasi adalah tentang debat, dialog, konfrontasi ide, ekspresi ketidaksepakatan yang sah, tentu saja, tetapi dalam kasus apa pun itu tidak boleh berupa kekerasan, serangan verbal, dan bahkan lebih sedikit serangan fisik," tegas Castex.