Suara.com - Korban jiwa akibat tabrakan kereta api di Pakistan selatan bertambah menjadi 56 orang pada Selasa, kata juru bicara perusahaan kereta api.
Kecelakaan tersebut merupakan insiden terbaru yang menyoroti sistem perkeretaapian yang bobrok --warisan abad ke-19.
Insiden terjadi pada Senin (7/6), ketika sebuah kereta api menabrak gerbong kereta lain yang tergelincir. Tabrakan menewaskan sedikitnya 36 orang dan melukai lebih dari 100 lainnya.
Jumlah korban jiwa meningkat menjadi 56 orang setelah jenazah-jenazah berhasil dikeluarkan dalam semalam dari gerbong-gerbong yang hancur berserakan di rel, kata juru bicara Kereta Api Pakistan Nazia Jabeen kepada Reuters.
Baca Juga: Jumlah Korban Tabrakan Kereta Api di Pakistan Tembus 63 Jiwa, Ada Bayi 1 Bulan
Sebanyak 23 penumpang yang terluka masih berada dalam perawatan, katanya. Korban-korban lainnya yang cedera, tambahnya, dikirim ke tempat-tempat tujuan mereka.
Operasi penyelamatan sudah selesai, demikian bunyi pernyataan yang dikeluarkan perusahaan kereta api serta militer Pakistan, yang bekerja di lokasi bersama dengan polisi dan para petugas penyelamat.
Dalam kecelakaan di Distrik Ghotki itu, beberapa gerbong kereta tergelincir dan jatuh melintasi jalur yang berdekatan Beberapa menit kemudian, kereta kedua datang dari arah lain dan menabrak gerbong-gerbong tersebut.
Satu sisi yang terdiri dari dua jalur rel sudah dibersihkan dan satu sisi lainnya juga sedang dibersihkan agar lalu lintas kembali pulih.
Kereta-kereta nahas itu mengangkut total 1.388 penumpang.
Baca Juga: Sudah Sampaikan Keluhan Warga ke KCIC, Hengky Kurniawan: Tinggal Saya Tagih
Kecelakaan terkait sistem kereta api yang rusak kerap terjadi.
Pada 2005 di distrik yang sama, sekitar 130 orang tewas ketika kereta penumpang yang penuh sesak menabrak kereta lain di sebuah stasiun dan kereta ketiga juga menabrak gerbong-gerbong yang roboh.
Selama bertahun-tahun, pemerintah negara itu berusaha mendapatkan dana untuk meningkatkan kualitas sistem perkeretaapian, termasuk melalui rencana membuat jalur baru kereta yang disebut ML-1 --sebagai bagian dari Inisiatif Sabuk dan Jalan China bidang proyek energi dan infrastruktur. (Sumber: Antara/Reuters)