Suara.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menagih komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pengawasan penerapan protokol kesehatan di sekolah. Hal itu menyusul rencana pemberlakuan kembali pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah pada tahun ajaran baru, Juli 2021.
Direktur Sekolah Dasa Kemendikbud Ristek, Sri Wahyuninggsih, mengakui lemahnya pengawasan terkait penerapan protokol kesehatan di sekolah menjadi hal yang diantisipasi.
“Yang kemungkinan menjadi persoalan adalah optimalisasi sistem pengawasan di sekolah,” kata Sri lewat video diskusi daring, Sabtu (5/6/2021).
Sri menuturkan, hal itu menjadi sangat penting untuk diperhatikan, sebab jika pengawasan terhadap protokol kesehatan lemah, tidak menutup sekolah menjadi klaster penyebaran Covid-19.
Baca Juga: Tak Jadi 7 Juni, Uji Coba PTM Tahap 2 DKI Diundur ke 9 Juni
“Karena memang sebaik apapun perencanaan yang kita lakukan, tetapi sistem pengawasan yang kita lakukan tidak berjalan maksimal, ini yang kita khawatirkan, jangan sampai sekolah menjadi klaster baru,” ujarnya.
Sementara itu, terkait persiapan sekolah dalam menyambut PTM kembali diberlakukan, Sri mengungkapkan dari 48.000 Sekolah Dasar (SD) di 136 kabupaten/kota yang disurvei secara acak, 80 persen menyatakan siap.
“Kesiapan akan komitmen dalam mengimplementasikan syarat pembukaan sekolah, sekolah memang wajib dibuka sebagai layanan publik, tetapi bagaimana pembelajaran tatap muka dilaksanakan tentunya dengan terbatas, tidak 100 persen. Dengan berbagai aturan dan kriteria yang harus dioptimalkan, disosialisasikan sampai ke jenjang masyarakat,” ujarnya.
“Diperlukan kolaborasi berbagai pihak, di bawah koordinasi kawan-kawan dinas kabupaten kota, maupun dinas pendidikan provinsi untuk mengoptimalkan pengawasan dalam pembelajaran tatap muka,” sambungnya.
Dibuka Juli 2021
Baca Juga: Tak Berizin, Satu Sekolah Swasta di Jatinegara Jaktim Gelar PTM Diam-Diam
Sebelumnya Mendikbud Ristek Nadiem Makarim menyatakan akan membuka sekolah dengan skema tatap muka pada Juli 2021, meski kasus Covid-19 masih tinggi sejak libur lebaran.
Nadiem menyatakan tidak ada tawar-menawar demi pendidikan. Dia beralasan masa depan Indonesia sangat bergantung pada sumber daya manusia.
"Tidak ada tawar-menawar untuk pendidikan, terlepas dari situasi yang kita hadapi," kata Nadiem dalam acara yang disiarkan YouTube Kemendikbud RI, Rabu (2/6).
Meski mengaku memahami kekhawatiran orang tua, namun Mendikbu Ristek menyebut penundaan membuka sekolah bisa berdampak panjang.
Pembukaan sekolah Juli nanti, kata dia, juga berdasarkan pertimbangan usai dirinya membaca dan mendengar langsung keluhan para pelajar di media sosial.