Suara.com - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan kondisi Palestina selama 11 hari akibat konflik Israel -Palestina, telah memakan ratusan korban, di antaranya perempuan dan anak-anak.
Hal ini dikatakan Retno dalam Rapat Kerja dengan Komisi I DPR di Gedung DPR, Kamis (3/6/2021).
"Mengenai Palestina, kekerasan yang terjadi selama 11 hari dalam bulan mei telah memakan korban yang sangat besar, 243 orang meninggal, 100 di antaranya perempuan dan anak anak," ujar Retno.
Retno menuturkan kekerasan terhadap rakyat Palestina merupakan lingkaran kekerasan yang sudah terjadi kesekian kali. Hal tersebut terjadi karena inti masalah yakni Israel yang menduduki tanah Palestina.
Baca Juga: Indonesia Bisa Tekan Israel Lewat Bantuan 'Orang Dalam', Siapa?
"Kekerasan tersebut merupakan lingkaran kekerasan yang kesekian kali yang terjadi akibat inti masalah yaitu okupasi atau pendudukan Israel atas tanah Palestina belum dapat diselesaikan," kata Retno.
Karena itu Retno menegaskan Indonesia tetap konsisten mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina. Namun, kata Retno, konsistensi tersebut bukanlah mudah, lantaran terjadi banyak perubahan termasuk di negara-negara Arab dalam mendukung kemerdekaan Palestina.
"Posisi Indonesia tetap konsisten terus mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina. Konsistensi ini bukan hal yang mudah di tengah terjadinya banyak perubahan termasuk di antara negara negara Arab," tutur dia.
Indonesia kata Retno termasuk salah satu negara yang aktif mendorong solidaritas. Serta dukungan dari OKI (Organisasi Kerjasama Islam) gerakan nonblok, Dewan HAM dalam menanggapi kekerasan Mei 2021.
Kendati demikian, Dewan Keamanan PBB belum banyak bertindak menanggapi konflik Israel-Palestina. Karena itu kata Retno, Indonesia termasuk negara yang mendorong dilakukannya pertemuan Majelis Umum PBB yang khusus membahas isu Palestina.
Baca Juga: Jimat Pelindung dari 1.500 Tahun Lalu Ditemukan di Israel
Adapun pertemuan Majelis Umum PBB telah terselenggara di New York pada 20 Mei 2021 lalu.
Retno menuturkan pertemuan tersebut dihadiri 11 menteri luar negeri termasuk Indonesia.
"Hal ini menunjukan urgensi dari isu yang dibahas. Kami termasuk 1 dari 11 Menlu yang hadir dalam pertemuan itu, yaitu Menlu Palestina, Turki, Arab Saudi, Qatar, Tunisia, Al Jeria, Maldives, Kuwait, Pakistan dan Jordan," kata Retno.
Dalam pertemuan Majelis Umum PBB tersebut, kata Retno, Indonesia menekankan tiga hal yakni pentingnya gencatan senjata, bantuan kemanusiaan dan negosiasi multilateral.
"Yang kami tekankan dalam pertemuan Majelis Umum PBB, pertama pentingnya segera tercipta gencatan senjata, kedua pentingnya bantuan kemanusiaan dan meminta Israel untuk membuka akses kemanusiaan," tutur Retno.
"Dan ketiga pentingnya negosiasi multilateral yang kredibel untuk menyelesaikan for isu yaitu kemerdekaan Palestina berdasarkan due state solution. Gencatan senjata telah terjadi. Presssure internasional agar semua pihak dapat menghormati gencatan senjata perlu terus dilakukan," sambungnya.
Lebih lanjut, Retno menyebut tantangan terbesar saat ini yakni memastikan agar siklus kekerasan di Palestina tidak terjadi kembali.
"Tantangan paling besar saat ini adalah bagaimana memastikan siklus kekerasan tidak terjadi kembali dan perundingan bisa dapat segera dilakukan," katanya.