Kapal Kargo Bahan Kimia Tenggelam, Sri Lanka Terancam Bencana Laut Terburuk

Rabu, 02 Juni 2021 | 21:18 WIB
Kapal Kargo Bahan Kimia Tenggelam, Sri Lanka Terancam Bencana Laut Terburuk
Ilustrasi [shutterstock/Gertjan Hooijer]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah kapal kontainer Singapura yang terbakar yang terbakar dan tenggelam di Sri Lanka menyebabkan bencana lingkungan maritim terburuk negara tersebut.

Menyadur Straits Times, Rabu (2/6/2021) MV X-Press Pearl, yang membawa ratusan ton bahan kimia dan plastik, terbakar selama 13 hari yang akhirnya padam pada Selasa.

Operator kapal kontainer, X-Press Feeders, mengkonfirmasi dalam siaran pers bahwa salvors telah melaporkan tidak ada api yang terlihat di atas kapal.

"Tim inspeksi yang naik ke kapal pada Selasa sore, 1 Juni, melaporkan ruang mesin kebanjiran. Sekarang ada kekhawatiran tentang jumlah air di lambung dan pengaruhnya terhadap stabilitas kapal," jelasnya.

Baca Juga: Menu Nasi Padang Tanpa Zat Kotor Bikin Geger, Kafe di Singapura Ini Beri Klarifikasi

Sejumlah besar biji plastik telah membanjiri pantai, dan pihak berwenang sekarang khawatir akan terjadi bencana yang lebih besar jika 278 ton minyak dan 50 ton gas di tangki bahan bakar kapal Singapura itu bocor ke Samudra Hindia.

Juru bicara angkatan laut Sri Lanka, yang juga membantu proses evakuasi kapal, Indika de Silva mengatakan kapal itu "menghadapi risiko yang akan segera terjadi".

Menteri Perikanan Kanchana Wijesekera juga memberikan keterangan di akun Twitternya jika perusahaan penyelamat yang terlibat dalam operasi "telah mengindikasikan bahwa kapal itu tenggelam di lokasi saat ini".

Seorang fotografer AFP di Sarakkuwa, tepat di utara pelabuhan Kolombo, mengatakan buritan kapal itu sudah berada di bawah air.

Seorang pejabat yang terlibat dalam upaya mitigasi mengatakan sebelumnya bahwa para ahli khawatir kapal itu bisa tidak stabil.

Baca Juga: Kisah TKI 17 Tahun Pergi Tak Pernah Kembali, Keluarga Terus Mencari

"Upaya pemadaman kebakaran juga melibatkan banyak air yang disemprotkan ke geladak. Sebagian besar air telah mengendap di buritan, yang turun sekitar satu meter," kata pejabat itu kepada AFP.

"Kami tidak bisa memompa air itu keluar karena terkontaminasi minyak." sambungnya.

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa pada hari Selasa memerintahkan kapal dipindahkan untuk meminimalkan potensi kerusakan pantai.

"Saran (para ahli) adalah membawa kapal ke laut dalam untuk meminimalkan kemungkinan kerusakan lingkungan laut," jelas Kantor Kepresiden Sri Lanka.

Angkatan Laut Sri Lanka juga ikut terjun membantu bersama perusahaan penyelamat asal Belanda, Smit, untuk membuat sambungan derek dengan kapal tunda dan memindahkan kapal menjauh dari tempat berlabuh di pelabuhan Kolombo, sekitar 15 km dari pantai.

Genangan butiran mikroplastik dari kontainer kapal memaksa pejabat membuat keputusan untuk warganya dilarang menangkap ikan.

Kapal itu juga membawa 25 ton asam nitrat, yang bocor dan kemudian terbakar. Para pejabat yakin kobaran api menghancurkan sebagian besar dari hampir 1.500 kontainer di dalamnya.

Kepala Otoritas Perlindungan Lingkungan Laut Dharshani Lahandapura mengatakan kerusakan ekologis masih terus dipantau, tetapi dia yakin itu adalah "yang terburuk dalam hidup saya".

Rajapaksa meminta Australia untuk membantu mengevaluasi kerusakan ekologis di pulau itu, salah satu negara dengan keanekaragaman hayati paling tinggi di Asia Selatan.

Sri Lanka telah meluncurkan penyelidikan kriminal atas kebakaran kapal itu. Polisi mengatakan bahwa kapten dan chief engineer, keduanya warga negara Rusia, serta perwira ketiga, telah diinterogasi.

Pengadilan telah memerintahkan pada hari Selasa paspor ketiganya disita, sambil menunggu penyelidikan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI